Lihat ke Halaman Asli

Rustian Al Ansori

TERVERIFIKASI

Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Puisi | Pantai Diam

Diperbarui: 26 Desember 2019   15:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Batu diam
Pasir diam
Pohon diam
Buih putih diam
Air laut diam
Kepiting diam
Penyu diam
Ikan diam

Buaya telah memasuki pantai
Setelah anak buaya dibantai
Telur buaya dibantai
Induk buaya pun dibantai
Pantai dibasahi darah buaya yang dibantai

Nelayan tidak diam
Nelayan mulai geram
Ketika laut di rusak
Ketika sarang buaya dirusak
Ulah penambang yang kehilangan otak
Nelayan berteriak
Penambang tertawa terbahak-bahak

Pantai diam
Pantai menulis dendam
Pasirnya mulai menghitam
Jaring tangkapan tak lagi disulam
Waktu nelayan tersita percuma
Dipenuhi teriakan yang menggema
Kembalikan laut kami
Ikan sudah banyak yang mati
Terumbu karang telah mati
Bila tidak, kami juga mati

Sungailiat, 26 Desember 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline