Lihat ke Halaman Asli

Rustian Al Ansori

TERVERIFIKASI

Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Nurjanah, Pustakawan Desa Balunijuk yang Tetap Semangat Melayani walaupun Tanpa Honor

Diperbarui: 11 Januari 2020   17:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nurhayati (46 tahun) pengelola perpustakaan desa Batu ibuku, kecamatan Merawang, kabupaten Bangka (dokpri)

Perpustakaan Balunijuk (Bali) Pintar, merupakan perpustakaan umum desa yang berada di desa Balunijuk, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka, Provisi Kepulauan Bangka Belitung. 

Saya sempat mampir di Perpustakaan (Perpus) desa Bali Pintar baru-bari ini. Desa Balunijuk berjarak sekitar 25 km dari kota Sungailiat atau sekitar 10 km dari kota Pangkal Pinang. Berkendara roda empat dapat ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit dari Sungailiat.

Dari namanya, keberadaan perpustakaan desa ini bertujuan untuk menciptakan para pengunjung dengan membaca dapat menjadi pintar. 

Keberadaan perpustakaan satu lokasi yakni berdampingan dengan musholah Rodatul Jannah. Di musholah ini juga terdapat Taman Pendidikan Al Quran (TPA).

Dokumentasi pribadi

Adalah Nurjanah (46 tahun). Ibu dari 3 orang anak ini, bertempat tinggal dekat dengan perpustakaan Bali Pintar. Selain sebagai pengelola perpustakaan, ia juga merangkap sebagai guru TPA. 

Menyambut dengan ramah kehadiran saya bersama teman-teman dari Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (DKP) kabupaten Bangka yang kebetulan melakukan pembinaan siang itu.

"Inilah kondisi perpustakaan kami," ujarnya ketika menyambut kami dengan ramah.

Ia langsung saja berujar menceritakan kondisi perpustakaan yang dikelolanya. Perpustakaan umum desa yang merupakan aset pemerintah desa Balunijuk. 

Nurjanah mulai mengelola perpustakaan sejak tahun 2015. Setelah tahun 2017 barulah ada ruangan yang dibangun melalui anggaran dana desa dengan ukuran 6 x 4 m berada satu tempat dengan mushola Rodatul Jannah. Kebetulan nama mushola hampir sama dengan namanya, Nurjanah.

Mula berdirinya perpustakaan, ia mengelolanya tanpa mendapatkan imbalan. Baru pada tahun 2017, pemerintah desa setempat mengeluarkan kebijakan memberikan honor Rp 700 ribu/bulan. 

Tapi bukan atas nama Nurjanah, honor tersebut untuk pengelola perpustakaan yang lain yakni Siska yang sekarang sudah tidak aktif lagi sejak 6 bulan lalu karena disibukkan dengan aktivitasnya sebagai mahasiswa. Sekarang Nurjanah sendirian mengelola perpustakaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline