Lihat ke Halaman Asli

Rustian Al Ansori

TERVERIFIKASI

Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Puisi | Kemarau

Diperbarui: 14 Agustus 2019   05:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Belum genap 24 jam, kembali kujamah lahan gersang yang telah dibuat sekarat kemarau. Semakin parah tanah, hilang titik air membuat suara parau. Angin kering mengangkat debu, mengeringkan sungai membuat ikan menggelepar. Tapi semakin membuat tebing lembut semakin kuat tak bergetar. 

Kemarau dini hari membuat embun hilang, seperti berada di padang gersang. Penyanggah tanah tak ada lagi tiang. Pohon menjadi ranting, bagaikan tulang-belulang. Sebentar lagi terbakar yang kembali menumpuk debu. Kemarau sedang senyum tersipu, setelah mendapat tempat dalam kurun waktu tak tentu. 

Sungailiat, 14 Agustus 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline