Lihat ke Halaman Asli

Rustian Al Ansori

TERVERIFIKASI

Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Bersihkan Hati Bila Ingin Memenangkan Ramadan

Diperbarui: 26 Mei 2019   22:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Ramadan merupakan bulan menahan diri. Di bulan penuh berkah ini, kita diuji untuk bisa menahan lapar dan dahaga serta hal-hal lain yang bisa membatalkan dan mengurangi pahala puasa. Termasuk diantaranya bisa meredam amarah.

Berbagai macam penyebab bisa membuat marah. Kemarahan itu terjadi dipicu bisa karena kontak langsung maupun melalui media yang bisa dipicu karena ucapan maupun sikap. Hal itu biasa terjadi di tempat kerja, di ruang terbuka maupun di dalam rumah tangga. Bila terpicu karena hal tersebut, hendaknya agar segera ingat bahwa sedang berpuasa. Menjalan ibadah puasa selama Ramadan kita berupaya mencari pahala yang sebanyak-banyaknya, Jangan karena amarah menyebabkan berkurangnya pahala puasa.

Peristiwa 22 Mei 2019 lalu, kita dipertontonkan dengan tindakan anarkis saat terjadinya unjuk rasa di depan kantor Bawaslu pusat. Beberapa orang meninggal dunia dan ratusan lainnya menglami luka-luka. Antara massa dan aparat keamanan telah mempertontonkan amarah di tengah bulan Ramadan. 

Kemarahan itu muncul karena seteru segelintir orang sebagai elit politik yang terlibat di Pilpres lalu. Dorongan yang bisa dipicu karena pernyataan elit politik yang menggerakan amarah itu. Ada pula yang melakukan unjuk rasa bukan karena militansi terhadap sosok calon presiden, namun diduga karena dibayar. Untuk melakukan upaya dengan target-target tertentu sehingga Jakarta mengalami kericuhan.

Peristiwa 22 Mei 2019 lalu di Jakarta, bukan untuk ditiru. Amarah yang berlebihan telah merusak dan menyakiti banyak orang, jelas telah menggagu ibadah puasa. Banyak istiqfar untuk meredam dari amarah, itulah yang saya lakukan agar ibadah puasa tidak terganggu. Seraya berucap didalam hati, "sabar, sabar, sabar." Insya Allah amarah itu tidak akan terjadi.

Sedangkan terkait dengan seteru yakni musuh perseorangan, untuk tidak menciptakan musuh baru ketika Ramadan. Karena itu dianjurkan sebelum memasuki bulan Ramadan untuk saling memaafkan namun diabaikan karena terasa berat untuk memulai meminta maaf. Orang yang meminta maaf sebenarnya lebih mulia dari pada orang yang memberi maaf.

Gengsi, harga diri dan bermacam-macam alasan lainnya membuat orang enggan meminta maaf. Di bulan suci Ramadan merupakan momentum yang tepat untuk mendapatkan keberkahan dan pahala yang sebanyak-banyaknya, termasuk diantaranya adalah meminta maaf. Dapat meredakan amarah dan seteru , merupkan kunci untuk memenangkan Ramadan.

Ketika Ramadan ini, kalau bisa menghilangkan semua seteru. Ketika saling memaafkan, akan kembali damai maka kita telah memenangkan Ramadan. Tidak hanya menghapus segala seteru, namun menambah saudara ketika Ramdan yang terjalin melalui berbagai kegiatan amaliyah Ramadan. Biasanya terjalin melalui berbuka puasa, ketika sholat tarawih, ketika ngabuburit dan lain-lain.

Ramadan tanpa amarah, akan menciptakan suasana yang damai di bulan suci ini. Begitu pula Ramadan tanpa seteru akan menghindari rasa curiga yang berlebihan sehingga menjadi buruk sangka. Kesempurnaan ibadah dalam bulan suci Ramadan, bersumber dari hati. Penyakit hati seperti iri, dengki, dendam, curiga akan membuat ibadah Ramadan menjadi tidak sempurna. 

Ramadan tanpa amarah pasti bisa, Ramadan tanpa seteru kenapa tidak. Semoga kita dapat meraih kesempurnaan ibadah puasa.

Salam dari pulau Bangka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline