Kewaspadaan itu penting guna mengantisipasi terjadinya kejahatan finansial di perbankan, terutama saat Ramadan ketika terjadinya peningkatan transaksi dan juga tawaran-tawaran yang menggiurkan untuk mendapatkan pinjaman guna memenuhi kebutuhan puasa dan lebaran.
Sudah menjadi tradisi ketika Ramadan bagi keluarga-keluarga yang penghasilannya pas-pasan, untuk memenuhi kebutuhan Ramadan dan lebaran akan mengeluarkan jumlah pengeluaran anggaran keluarga lebih besar dari biasanya, seperti memenuhi kebutuhan makan dan minum yang berbeda dengan hari biasa.
Apa lagi sudah mendekati lebaran pengeluaran akan meningkat terutama untuk memenuhi kebutuhan berbagai makanan dan pakaian. Bagi yang mudik lebaran, biaya untuk mudikpun lumayan besar jumlah ongkos yang akan dikeluarkan.
Meningkatnya transaksi yang terjadi diperbankan, tidak menutup kemungkinan terjadinya tindak penipuan maupun pembobolan rekening milik nasabah. Kewaspadaan tidak hanya dilakukamn pelaku tindak kriminal yang terorganisir yakni sindikat kejahatan yang khusus mengincar nasabah perbankan, namun bisa saja dilakukan oknum perbankan itu sendiri.
Apa yang saya duga ini mudah-mudahan tidak terjadi, terutama perbankan yang memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional, bermental baik dan menjaga kepercayaan nasabah.
Mengapa saya mengungkapkan dugaan kejahatan finansial perbankan itu berasal dari dalam bank itu seniri? Selain adanya sejumlah kasus pembobolan rekening nasabah yang melibatkan pelakunya orang dalam bank itu sendiri juga semua data nasabah ada di bank, maka nasib nasabah ada pada SDM perbankan.
Saya sempat mengalami ketika data pribadi saya yakni berupa nomor telepon yang hanya pihak bank itu sendiri yang tahu, karena saya menggunakan nomor itu untuk transaksi melalui aplikasi pembayaran dengan menggunakan nomor telepon seluler dan tidak saya pergunakan sebagai alat menelpon. Namun pihak bank tanpa seizin saya telah memberikan nomor telepon itu kepada sales produk asuransi yang terkait dengan bank tersebut.
Ketika ada telepon yang menghubungi nomor itu, saya sempat bertanya-tanya kepada diri sendiri dari mana penelpon mendapat nomor saya ini. Saya yakin bahwa pihak bank tempat saya membuka rekening yang menelepon karena hanya pihak bank tersebut yang tahu. Ketika saya terima telepon ternyata suara perempuan dengan lancarnya berbicara menawarkan prosuk asuransi. Saya langsung menolak tawarannya. Keesokan harinya kembali menelpon lagi, dan setelah itu tidak pernah saya terima telponnya lagi.
Ini contoh kecil, walaupun nomor telepon yang kebetulan dipergunakan sebagai alat transaksi sebagai nomor rekening untuk suatu aplikasi layanan diberikan kepada pihak lain untuk urusan menawarkan produk lain. Bagi saya nomor telepon yang saya gunakan untuk transaksi itu benar-benar dijaga keamanannya, agar tidak disamakan dengan nomor telepon yang sehari-hari dipergunakan sebagai alat komunikasi.
Untuk mewaspadai kejahatan finansial perbankan saat Ramadan, dibutuhkan jaminan dari perbankan untuk dapat menjaga keamanan uang nasabah. Agar tidak sembarangan memberikan data pribadi nasabah, apa lagi dengan rekan kerja sendiri bila tidak jelas kegunaannya seperti nomor telepon, nomor induk kependudukan, nomor rekening dan lain-lain. Mari kita selalu waspada, untuk menjaga keamanan bertransaksi di bank agar terhindari dari kejahatan finansial di perbankan.
Salam pulau Bangka.