Lihat ke Halaman Asli

Rustian Al Ansori

TERVERIFIKASI

Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Pembinaan Atlet Pelajar Jangan Sebatas Seremonial

Diperbarui: 11 September 2019   02:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Upacara pembukaan Kejurda Pelajaran se Kabupaten Bangka di lapangan Bina Satria Sungailiat (dokpri)

Kalender event olahraga rutin dan lumayan banyak di kalangan pelajar setiap tahun digelar, mulai dari tingkat Kabupaten/kota, provinsi hingga nasional. 

Sebut saja Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN), Kejuaraan Daerah (Kejurda), Pekan Oahraga Pelajar Daerah (POPDA), Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS), Liga Pendidikan (khusus sepakbola) dan lain-lain. 

Pembinaan olahraga di tingkat pelajar yang terprogram dengan baik merupakan langkah yang positif dalam pembinaan olahraga khususnya menjaring bibit-bibit atlet. Pemerintah memberikan perhatian terhadap regenerasi atlet berprestasi, benarkah?

Menurut saya, event olahraga yang banyak akan mendorong berlangsungnya pembinaan di klub-klub. Begitu pula olahraga pelajar, seharusnya pembinaan olahraga pelajar juga berlangsung di sekolah-sekolah yang dilakukan seorang pelatih profesional. 

Bukan hanya mata pelajaran olahraga yang diajar seorang guru olahrga, hanya untuk memenuhi nilai raport siswa. 

Tapi kenyataannya, tidak banyak sekolah yang menyelenggaraan pembinaan melalui kegiatan ekstra kulikuler. Alasan yang disampaikan pihak sekolah diantaranya karena sekolah tidak ada dana, setelah larangan pungutan kepada para orang tua siswa dantaranya melalui Komite Sekolah untuk menghindari sekolah terjerat pungli. 

Ketika ada event olahraga pelajar, pihak sekolah mencomot saja atlet yang sudah jadi yang dibina di klub-klub tempat siswa berlatih. Pihak sekolah tanpa mengeluarkan biaya dan tenaga, tapi mendapatkan nama harum karena prestasi siswa.

Realita pembinaan atlet pelajar yang tampak di daerah saya, seremonialnnya dominan terlihat setiap tahun tapi pembinaan berkelanjutan atlet pelajarnya tidak diperhatikan. 

Termasuk pula perhatian terhadap kesejahteraan atlet pelajar yang telah mengukir prestasi. Pemda setempat kurang memperhatikan kesejahteraan atlet pelajar (yunior) walaupun sudah berprestasi nasional. 

Buktinya, atlet Lalu M. Zohri dari Lombok, Nusantenggara Barat. Setelah meraih medali Emas di kejuaraan dunia yunior atletik di Finlandia, terungkap rumah kediamanya tidak layak huni. 

Sebelum meraih juara dunia, Lalu pasti sudah meraih juara nasional. Pemda setempat sudah selayaknya memberikan perhatian terlebih lebih awal, bukannya didahului pemerintah pusat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline