Martabak manis, yang dibawa para perantau asal Bangka ke beberapa kota di Indonesia sebagai usaha dagangnya dengan brand "Martabak Bangka" sudah sangat dikenal sebagai kuliner yag banyak digemari. Daerah Bangka sendiri menjadi martabak manis ini sebagai bagian dari wisata kuliner. Walau ada di luar Bangka, bila ke Bangka jangan lupa cicipi martabak manis dengan rasanya yang berbeda.
Ayung adalah salah satu perantau yang sekarang sudah pulang kampung kembali ke Sungailiat, setelah hampir sepuluh tahun berada di Jakarta berjualan Martabak Bangka. Pada tahun 1996, Ayung kembali ke Sungailiat berjualan di kampung sendiri. Ia menempatkan gerobak jualan awalnya di dekat Sekolah Yayasan Setia Budi. Kemudian sekarang bergeser masih tetap di Jalan Jendral Sudirman yakni di depan eks kantor Dinas Perindustrian dan Perdaggangan Kabupaten Bangka, yang sekarang dijadikan Hotel Manunggal.
Mulai sore hari Ayung berjualan martabak manis, dikenal dengan Martabak Ayung seperti tulisan di spanduk yang terpasang di gerobaknya l. Ia menempatkan gerobak tempatnya berjualan di tepi jalan Jendral Sudirman.
Gerobak jualannya diletakkan di rumah warga, baru akan ditempatkan ditepi jalan setiap harinya mulai sekitar pukul 17.00 Wib. Seluruh penjual martabak manis di sini selalu buka sore hari, sepertinya sudah biasa menjadi camilan yang disantap sore dan malam hari.
Ayung, setelah membuat adonan untuk martabaknya berupa tepung terigu dan bahan lainnya, ia serahkan kemudian kepada putri sulungnya Luana (22 tahun). Sarjana Akutansi lulus Universitas Bangka Belitung ( UBB ) inilah yang melayani para pembeli, mengganti ibunya dan ayahnya Ayung. Anak, ayah dan ibu ini bergantian melayani para penyuka martabak manis.
Luana, yang juga merupakan karyawan sebuah perusahaan properti di Sungailiat ini dengan cekatan membuatkan martabak loyang demi loyang. Saya pesan martabak pakai wijen saja satu loyang Rp 20 ribu. Banyak pilihan rasa, dari rasa spesial hingga rasa coklat dengan harga yang berbeda pula. Saya suka rasa wijen, karena sejak Jaman Dulu (Jadul) sudah terbiasa dengan rasa ini sebelum adanya berbagai inovasi rasa martabak. Saya menyebutkan martabak manis pakai wijen sebagai rasa klasik.
Sambil menunggu Luana memasak martabak, saya sempat bincang-bincang dengannya. Menanyakan, mengapa sudah sarjana tidak ikut seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)? Ternyata ia berminat, namun ketika pelaksanaan tes tahun 2018 lalu ia tidak dapat mengikuti karena baru lulus serta ijazah belum dikeluarkan kampus tempatnya kuliah.
Sekitar 15 menit, dari mulai memasak hingga memotong dan mengemasnya dalam box, Leuna dengan cepat sudah menyelesaikan pesanan saya.
Martabak Ayung sudah sangat dikenal di Sungailiat, bahkan di Bangka Belitung karena Ayung selalu menjuarai berbagai lomba kuliner khususnya martabak. Martabak Ayung memang enak, pantas saja ia juara. Banyak pilihan martabak di sepanjang jalan Jendral Sudirman Sungailiat namun selalu pilihan saya kepada Martabak Ayung. Bagi anda yang berkunjung ke Sungailiat, jangan lupa mampir di martabak Ayung yang menyediakan banyak pilih rasa diantaranya rasa coklat, keju, jagung dan lain-lain.
Saya menerima Martabak dari Luana yang ramah. Merasakan manisnya martabak dan rasa wijen teringat waktu jadul, ketika almarhum ayah selalu membelikan buat kami anak-anaknya yang sekarang tidak lagi dirasakan suasana itu ketika menyantap martabak bersama-sama dengan satu rasa yakni rasa wijen.
Namun dikeluargaku sekarang, istri dan anak-anak memiliki kesukaan yang berbeda sehingga kadang saya harus mengalah ikutan rasa mereka. Istriku suka rasa keju, sedangkan putriku suka rasa coklat. Tetap Martabak Ayung terasa lezat. Yuk mencoba, martabak Ayung yang dulu ia sempat berjualan martabak manis ini dengan nama Martabak Bangka di Jakarta. Rasanya dijamin enak bakal ketagihan, dengan banyak pilihan rasa.