Kita tidak pernah berinteraksi
Tapi mengapa membenci?
Jangan salahkan puisi
Hanya karena itu muncul rasa iri
Apa lagi sampai dengki
Bukan karena sakit hati
Karena aku tak pernah menyakiti
Tapi hatimu yang sedang sakit
Hatimu hitam tak tersirami
Dirimu pura-pura, sebenarnya sedang menjerit
Hatimu penuh dendam
Diselimuti diksi lembut yang sebenarnya kejam
Aku telah menyapa
Tapi tak membalas apa-apa
Aku membalas sapamu
Tapi jawabmu begitu
Menyakiti, sangat kaku
Apa maumu?
Aku tak pernah bertemu dirimu
Tapi aku bisa membaca dari fotomu
Bahwa dirimu berkepala batu
Memaksa kehendak, termasuk kepada anak didikmu
Jangan jadikan mereka epigonmu
Jangan paksakan mereka seperti puisi-pusimu
Karena sama saja dengan menularkan penyakit hatimu
Sungailiat, 5 Maret 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H