Lihat ke Halaman Asli

Rustian Al Ansori

TERVERIFIKASI

Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Jangan Larang Anak Bila Ingin Membeli Buku

Diperbarui: 13 Januari 2019   12:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

“ Ayah boleh ya beli buku, ada empat buku bagus.”

Telepon putriku dari toko buku di Pangkalpinang

" Boleh, ada uangnya kan?"

“Ada.”

Saya tidak ikut serta. Ia dengan ibunya pergi ke toko buku, mengisi waktu liburan semester. Minat membaca buku, juga diikuti kesukaan membeli buku dari menyisihkan sebagian uang saku yang ditabungnya.

Sudah menjadi kebiasaan termasuk membeli buku, tak lupa meminta izin dahulu. Kesukaannya membaca tampak setelah SMA. Sulit memang untuk mmbisakan anak - anak membaca. Semangat literasi itu sudah harus dimulai sejak dini.

Pengalaman saya, ketika anak - anak masih duduk di Pendidikan Usia Dini ( PAUD ) sering dibawa ke toko buku, ada baiknya setelah dirasakan sekarang ini.  Dimulai dengan suka buku bergambar ketika anak - anak, hingga beranjak dewasa sudah mulai suka membaca buku sastra.

Utamanya,  ketika anak - anak ingin membeli buku bacaan jangan pernah ditolak. Mau dibaca atau tidak, pokoknya beli dahulu. Secara pelahan setelah sering berada di toko buku.

Begitu pula sudah dibiasakan suka memilih sendiri  buku yang ia suka, kebiasaan itu terbawa hingga dewasa. Apa lagi sudah duduk dibangku perguruan tinggi, ia harus membaca. Membaca bukalah sesuatu yang asing dan tidak membosankan baginya karena sudah terbiasa sejak usia dini. 

Menjadi teladan itu memang susah. Karena aku sering membaca, mungkin ini juga menjadi motivasinya untuk membaca. Ketika saya masih menjadi reporter radio, saat melakukan siaran langsung untuk dapat berkata - kata lebih lama dalam durasi yang panjang tidak masalah karena manfaat dari sering membaca.

Saya selalu katakan kepada anak - anakku, "membacalah maka akan banyak perbendaharaan kata sehingga akan mudah untuk bicara (retorika) maupun menulis." Hal itu telah dirasakan putri sulungku, ia telah melakukan. Literasi itu, tidak hanya menulis, namun dimulai dari membaca dan bicara ( bercerita, diskusi, dan lain - lain ).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline