Lihat ke Halaman Asli

Rustian Al Ansori

TERVERIFIKASI

Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah Menulis dan Terima Honor dari Tabloid BOLA

Diperbarui: 19 Oktober 2018   09:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Potongan weselpos honorarium dari tabloid BOLA (dokpri)

Sejak pertama terbit saya sudah membaca tabloid Bola. Mulanya saya beli eceran dipedagang koran dan majalah di dekat terminal Bus Sungailiat, Kabupaten Bangka, yang sekarang lokasi itu sudah menjadi pertokoan dan taman terbuka hijau, yakni Taman Kota Sungailiat.

Saya masih ingat nama pedagang pengecer itu, Sutikno, yang kemudian sempat menjadi anggota DPRD Kabupaten Bangka.

Saya membeli ketengan hingga awal tahun 90-an. Kemudian saya berlangganan, setiap Jumat terbit diantarkan langsung ke rumah.

Saya berlangganan dengan pak Entong, yang saat ini sudah berusia hampir 60 tahun namun masih menjadi pengantar koran dan majalah kepada pelanggan di rumah-rumah dan kantor-kantor di Sungailiat. Termasuk di kantor saya bertugas saat ini yakni di Kantor Bupati Bangka.

Setiap kali datang tabloid Bola waktu itu, tetangga sebelah rumah selalu numpang membaca. Termasuk yang selalu saya ingat adalah seorang anak tetangga saya yang tuli, selalu ingin melihat tabloid Bola bila mengetahui sudah diantar ke rumah.

Bila sudah mulai membuka lembaran tabloid Bola,  Ali yang tuna rungu itu akan asyik sendiri. Saya tidak tahu apakah ia sudah bisa membaca atau belum, karena memang Ali bersekolah di SDLB.

Tapi bila melihat gambar motor balap di tabloid Bola ia akan bersuara keras meniru suara sepeda motor itu sehingga suasana rumah jadi ramai. Itu yang saya ingat ketika mula sebagai pembaca setia tabloid Bola. 

Saya tidak hanya sebagai pembaca setia tabloid Bola, tapi saya juga mengirimkan tulisan bila ada event olahraga yang kira - kira layak untuk tabloid Bola sekitar tahun 1991.

Tulisan yang saya kirimkan itu diantaranya berbetuk agenda event olahraga maupun liputan. Mulanya saya hanya mencoba saja, ternyata redaksi tabloid Bola menerima tulisan - tulisan saya sehingga jadi keterusan.

Tulisan ditulis dengan mesin ketik dan dikirim melalui kantor pos itu ke redaksi Tabloid BOLA. Blia bisa dimuat, saya menerima honor sebagai imbalan yang dikirim melalui weselpos.

Hingga sekarang potongan weselpos dan kliping tulisan yang dimuat masih saya simpan dengan baik. Itulah kenangan saya yang sempat menjadi penyumbang tulisan untuk tabloid Bola.

Dokumentasi tulisan saya yang pernah kirim ke tabloid BOLA (dokpri)

Ketika mendengar Tabloid Bola tidak lagi terbit setelah 34 tahun mengisi ruang informasi tentang olahraga nasional maupun dunia, timbul tanya. Mengapa sampai berhenti terbit?
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline