Lihat ke Halaman Asli

Rustian Al Ansori

TERVERIFIKASI

Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Berbuka Puasa bersama Kerabat dalam Adat Sepintu Sedulang di Bangka

Diperbarui: 19 Mei 2018   18:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beginilah makan bersama dalam adat Sepintu Sedulang di Bangka (foto Rustian)

Berbuka puasa  bersama kerabat dengan sederetan dulang yang tersusun rapi dalam adat Sepintu Sedulang di Bangka menjadi daya tarik tersendiri.

Dulang - dulang itu merupakan sumbangan masyarakat yang menyisihkan sebagian rezekinya dalam bentuk makanan siap santap, menjadi pengalaman yang tak terlupakan semakin memperkuat silaturahmi.

Adat Sepintu Sedulang  adalah kebiasaan masyarakat di kabupaten Bangka yakni dari satu rumah membawa satu dulang berisikan berbagai makanan ke tempat pertemuan di masjid maupun balai desa. Karena itu disebut pula adat ini dengan Nganggung.

Adat Sepintu Sedulang digelar ketika menyambut tamu - tamu penting maupun acara lainnya seperti saat memperingati hari - hari besar Islam, maupun ada warga yang meninggal dunia ketika memperingati 3 hari, 7 hari, 25 hari, 40 hari, 100 hari hingga tahunan ( namun).

Warga membawadulang menuju masjid ( foto Rustian)

dulang yang masih tertutup bersikan makanan (foto Rustian)

Isi dulang setelah tutup dibuka siap disantap (foto Rustian)

Dulang yang berisi berbagai makanan itu dibawa kaum laki - laki yang merupakan perwakilan dari satu keluarga membawanya ke masjid maupun balai desa untuk disantap bersama - sama.

Kebersamaan dalam adat Sepintu Sedulang di tunjukkan warga desa di Bangka yang membuktikan masih kuatnya kekerabatan. Termasuk pula bila ada kerabat dari luar  desa yang berkunjung ke desa tersebut dalam jumlah yang banyak, warga menjamunya dengan membawa dulang dari setiap rumah berisikan berbagai makanan untuk disantap.

Begitu pula di bulan suci Ramadhan ini ketika saya berkunjung ke desa Kayu Besi, kecamatan Puding Besar bersama - sama rekan yang lain, juga saat berbuka puasa di jamu dalam adat Sepintu Sedulang. Adat yang sudah hidup sejak lama di Bangka hingga saat ini masih tetap dipertahankan.

Nama Sepintu Sedulang, juga diabadikan dalam lambang kabupaten Bangka serta sebagai nama lain dari kabupaten Bangka yakni bumi Sepintu Sedulang.

Berbuka bersama di masjid baitul Ihza desa Kayu Besi Bangka (foto Rustian)

foto Rustian al ansori

Berbuka puasa bersama kerabat di Bangka, dengan adat Sepintu Sedulang memiliki kesan tersendiri seperti yang saya alami ketika berbuka puasa pada hari kedua Ramadhan 1439 H di masjid Baitul Ihza desa Kayu Besi. Setelah masuk waktu berbuka puasa, dilanjutkan dengan makan ringan terlebih dahulu.

Setelah minum air putih, saya mengambil beberapa butir kurma, makan kue Rangi yang sudah lama tidak saya temukan di Sungailiat karena sudah jarang para pedagang menjual kue ini. Kue yang terbuat dari sagu, dengan isi di dalamnya berupa parutan gula kelapa serta mengambil sepotong semangka. Baru dilanjutkan sholat Magrib.

Setelah sholat Magrib, kembali dilanjutkan makan bersama. Kali ini makan nasi dengan berbagai aneka lauk - pauk diantaranya hasil tangkapan warga setempat seperti udang dan ikan sungai. Tak lupa Lempah Kuning dan Rusip ( ikan yang dipermentasi ) sebagai penambah selera makan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline