Mulai memasuki bulan November 2017 kembali terlihat antrian kendaraan roda empat dengan mesin disel berbagai macam jenis berada di tempat pengisian bahan bakar SPBU di Sungailiat, kabupaten Bangka. Kendaraan - kendaraan itu antri untuk mendapatkan Bahan Bakar Minyak ( BBM ) solar.
Kendati antrinya tidak sebanyak ketika sebelum ditutupnya kegiatan penambangan timah rakyat pada tahun 2015. Waktu itu antri kendaraan di SPBU hingga kendaraan " menginap " di SPBU. Akibatnya kalau kendaraan melalui jalan di SPBU pada malam hari untuk berhati - hati karena banyaknya kendaraan di tepi jalan yang berupaya mendapat urutan antri yang pertama guna mendapatkan solor bersubsidi pada esok harinya saat dilakukan distribusi ke SPBU.
Bukan lagi menjadi rahasia umum waktu itu, bisnis solar menjadi sangat menguntungkan. Setelah didapat solar bersubsidi di SPBU para spekulan solar atau juga disebut masyarakat setempat dengan nama "pengerit" akan menjual kembali hingga harganya bisa mencapai tiga kali lipat, sebagian besar solar itu dijual kepada para penambangan timah rakyat. Penjagaan dilakukan aparat keamanan di SPBU untuk menertibkan antrian kendaraan. Termasuk dilakukan operasi penertiban, juga beberapa kali tertangkap kendaraan yang memodifikasi tengki kendaraan.
Bisnis solar juga sempat terjadi persaingan yang tidak sehat. Para spekulan solar tersebut sempat berkelahi di SPBU karena itu dilakukan pengamanan oleh pihak kepolisian agar tidak terjadi keributan.
Setelah sempat sepi hampir dua tahun, setelah Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengeluarkan kembali izin penambangan akitifitas penambangan timah kembali menggeliat baik yang legal, dan yang terbanyak beroperasi yakni yang ilegal. Diikuti pula saat ini terjadi antrian kendaraan di SPBU untuk mendapatkan solar, Apakah kembali bisnis solar hidup setelah dihidupkannya kegiatan penambangan timah ?
Kalau benar kembali hidupnya bisnis solar dengan mengambil keuntungan berlipat ganda, hendaknya aparat keamanan mulai bertindak tegas, Jangan sampai solar buat masyarakat, dibisniskan dengan harga mahal kepada para penambang timah. Lebih cepat mencegah akan lebih baik, jangan sampai terulang kembali pembelian solar secara besar - besaran di SPBU. Belum sempat lama solar masuk SPBU langsung habis.
BBM di SPBU jangan sampai habis gara - gara ulah spekulan solar, sehingga masyarakat sulit mendapatkannya di SPBU, lebih kacau lagi bila solar untuk nelayan juga disikat para sepekulan, ini benar - benar kejahatan. Tergantung semuanya ketegasan pemerintah, jangan sampai solar dijarah para spekulan solar seperti beberapa waktu lalu terjadi di Bangka.
Salam dari pulau Bangka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H