Lihat ke Halaman Asli

Rustian Al Ansori

TERVERIFIKASI

Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Bulan Dimakan Bayang-bayang

Diperbarui: 10 Desember 2017   21:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam tak lepas dari dekapan bulan yang kebetulan tidak bersolek malam ini. Bulan tak benderang karena dimakan bayang - bayang yang semakin meninggi. Bulan kehabisan bedak juga kekeringan minyak wangi. Walau begitu ketiak bulan tetap wangi.

Bulan dimakan bayang - bayang. Jalannya diarak awan terasa dalam kejaran sehingga membuat bergoyang. Malam yang semakin jauh semakin membuatnya sempoyongan. Trauma masa silam membuat kebahagian jadi hilang.

Bayang - bayang hanyalah sakit jiwa yang belum kelar. Mungkinkan bulan akan terkapar? Ketika sakit terulang terasa wajah tertampar. Walaupun bulan hanya sedikit karena tertutup bayang - bayang tapi masih ada sedikit sinar. Biarkanlah sakit yang pernah menyakiti karena itu bagian dari perjuangan sementara hidup belum kelar.

Sungailiat, 10/12/2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline