Setelah bertahun-tahun jadi wacana dan alat kampanye untuk kepentingan politik untuk meraih kekuasaan, mobil ESEMKA kini tidak lagi menjadi perbincangan spesial, dia tidak lebih dari produksi mobil biasa yang siap berkompetisi dengan merek mobil lain setelah stempel "Mobil Nasional" hilang.
Sesuai dengan pernyataan Presiden Direktur PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK/selaku produsen mobil Esemka), Eddy Wiraja. "Kami bukan mobil nasional, tetapi produksi mobil di Indonesia. Jadi jangan salah persepsi, mobil nasional kan cukup luas,". Esemka tidak bisa lagi ditarik kewacana mobil nasional jadi jangan berharap lagi kita bisa sama dengan mobil nasional malaysia.
Menarik membaca peluang mobil ESEMKA di tengah persaingan ketat mobil-mobil produksi jepang, korea dan china, Semua mengeluarkan produk-produk andalan mereka demi menggaet konsumen membelinya. Fitur-fitur spesial banyak disematkan agar bisa lebih unggu dari kompetitor. Dari data penjualan dari Gaikindo selama kuartal pertama 2019.
1. Toyota menjadi pemimpin penjualan dengan angka 77.266 unit
2. Daihatsu menjual 50.699 unit
3. Mitusbishi sebanyak 35.580 unit,
4. Honda menjual 28.845 unit
5. Suzuki di urutan lima dengan 22.869 unit
Sedangkan untuk mobil China merek wuling masuk posisi urutan 10.
Bagaimana dengan peluang mobil ESEMKA? kalau kita update berita sepertinya produksi pertama yang akan dilahirkan adalah mobil pick upMobil yang bakal diluncurkan dalam waktu dekat, yaitu Esemka Bima 1.200 cc dan 1.300 cc dan rencananya akan diproduksi sebanyak 6000 unit dengan harga dibawah 150 juta. Harga yang sangat murah karena 70 % komponennya sudah diproduksi dalam negeri.
Untuk diterima dimasyarakata ESEMKA Bima harus bisa mengungguli dua kompetitor besar yang sudah puluhan tahun digunakan dimasyarakat dan menjadi pick up minded di pikiran bawah sadar masyarakat yaitu Suzuki New Carry Pick up dan Daihatsu Grand Max.