Lihat ke Halaman Asli

Rustan Ibnu Abbas

Penulis, Trainer

Jokowi "Mendoakan" Prabowo Presiden

Diperbarui: 2 Februari 2019   11:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ini mungkin peristiwa yang langka, dimana seorang calon presiden mengaminkan doa ulama yang mendoakan lawan politiknya terpilih jadi presiden. 

Doa yang yang dipanjatkan KH. Maimun Zubair seorang ulama besar Ketua Majlis Syariah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dalam acara Sarang Berzikir untuk Indonesia Maju di Pondok Pesantren Al-Anwar, Rembang, Jawa Tengah pada Jumat, 1 Februari 2019.

"Ya Allah, hadza ar rois, hadza rois, Pak Prabowo ij'al ya ilahana  ('ya Allah, inilah pemimpin, inilah pemimpin Prabowo, jadikan, ya Tuhan kami' ). Rupanya penggalan kalimat diatas bagi mereka yang paham bahasa Arab dan pendukung capres Jokowi segera buru-buru menurunkan tangannya sembari mengerutkan dahi isyarat tidak mengaminkan dengan doa yang diucapkan Mbah Maimun. 

Sementara bagi mereka yang tidak paham bahasa Arab dengan khusuknya mengaminkan doa tersebut. Termasuk capres Jokowi turut mengaminkan doa tersebut.

Apa mau dikata doa sudah terucap dan sudah mengetuk pintu langit, semuanya sudah mengaminkan. Mau ralat? sepertinya tidak bisa. 

Doa yang sudah terucap tidak bisa ditarik kembali itulah hikmahnya kenapa dalam islam kita disuruh mendoakan orang lain yang baik-baik agar terkabulnya juga baik.

Apa Mbah Maimun salah doa karena usianya sudah sepuh? sehingga doanya asal menyebut nama orang. Sepertinya tidak ! saya membacanya KH Maimun Zubair merefleksikan doanya yang muncul dari pikiran bawah sadarnya (dari hatinya) pikiran bawah sadar akan bekerja memerintahkan mulutnya mendoakan yang sesuai dengan hati nuraninya. 

Sesuatu yang dilakukan secara refleks biasanya itu murni dari dalam hatinya. Sesuatu yang sering tersimpan dalam hati dan pikiran biasanya akan terekspresikan dengan sendirinya melalui bahasa tubuh dan ucapan. 

Sebab bila terucap secara spontan pikiran belum sempat menganalisa atau membaurkan dengan kepentingan lain. Seperti permintaan untuk mengulang doa dan menyertakan nama lain di doa tersebut. Itu murni karena ada kepentingan bukan ekspresi doa sebenarnya dari dalam hati.

Pada akhirnya semua berpulang kepada sang pengabul doa, siapa yang akan dijadikan pemimpin di negeri ini. semoga pemimpin Indonesia adalah orang-orang yang bisa memberikan kesejahteraan, keadilan bagi semua. agar Indonesia menjadi negeri yang dirahmati Allah SWT.

 baldatun toyibatun wal ghofur.  pilar sebuah negeri disebut Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur (negeri yang subur dan makmur, adil dan aman). Yaitu :

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline