Lihat ke Halaman Asli

Rustan Ibnu Abbas

Penulis, Trainer

Penulis Profesional Dimulai dari Penulis Pemula, Berproseslah!

Diperbarui: 7 September 2018   08:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

briantracy.com

Kita mungkin kagum dengan beberapa penulis yang sudah menghasilkan karya yang banyak. Dari jumlah buku maupun penghasilan dari menulis yang mereka dapatkan. J. K. Rowling, Dan Brown, E. L. James merupakan nama yang tidak asing,  penulis Internasional untuk novel atau penulis best seller nasional seperti Tere Liye, Asma Nadia, Andrea Hirata.

Semua penulis yang kita pandang sekarang sebagai penulis profesional bermula dari penulis pemula. Penulis yang mewujudkan keinginan, motivasi, passion sebagai penulis. Mereka pun menemukan hal yang sama seperti yang penulis pemula pada umumnya dapatkan. Perjuangan mencari penerbit yang mau menerbitkan, penolakan naskah berkali-kali, diremehkan karyanya. Mereka pun menulis buku dengan curahan pikiran, konsentrasi bahkan biaya yang tidak sedikit hanya untuk mencari inspirasi menulis.

Saya begitu terkesan bagaimana cerita J.K Rowling ketika memulai menulis seri Harry Potternya sampai menjadi karya yang begitu di sukai diseluruh dunia. Saya terinspirasi juga ketika mengikuti training kepenulisan Tere liye. 

Beliau menceritakan bagaimana perjuangannya mengirimkan tulisannya ke media penerbit sampai ditolak puluhan kali, bagaimana. Banyak lagi kisah-kisah penulis yang sukses dimulai dengan perjuangan yang “berdarah-darah” untuk bisa eksis sampai sekarang.

Bagaimana dengan kita sebagai penulis pemula? aduh..! rasanya kita tidak ada apa-apanya. Begitu mendapatkan kesulitan seperti naskahnya ditolak, diremehkan sebagi penulis,  ide menulisnya buntu, atau kesibukan pada  kerjanya menyebabkan aktivitas menulisnya berhenti. 

Rasanya kok sepertinya terlalu manja dengan keadaan. Sehingga kita kadang menemukan 1001 alasan  untuk berhenti menulis. Maka kita akan dapati banyak penulis pemula yang berhenti ditengah jalan karena sudah merasa jenuh dengan menulis.

Ternyata memang perbedaan penulis sukses dan penulis gagal ada pada “ kegigihannya” menghadapi tantangan menulis. Siap menghadapi apa pun kondisi agar bisa menulis. Sejatinya kesibukan tidak boleh menjadi alasan berhenti menulis. Penulis mampu mensiasati waktu agar sebagian waktunya dipergunakan untuk menulis.

Faktor berikutnya adalah “kesabaran (konsistensi)” agar menulis itu terus berlanjut dan menjadi kebiasaan setiap hari. Tulisan diterima penerbit atau tidak itu persoalan lain. Yang paling penting adalah menulis dan terus menulis setiap harinya agar skill menulis bisa terasah dan yakinlah bahwa proses tidak akan menghianati hasil.

Saya yakin penulis profesional yang kita kenal sekarang masih terus berproses menjadi lebih baik. Bagaimana dengan kita yang masih belajar menulis. Harusnya lebih semangat lagi berproses untuk menghasilkan karya yang luar biasa. Semua punya potensi, semua penulis punya peluang. Kuncinya adalah keyakinan. Mari kita berproses mulai hari ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline