Lihat ke Halaman Asli

Rustan Ibnu Abbas

Penulis, Trainer

Menulis dan Membaca Terapi Jiwa

Diperbarui: 25 Juli 2018   14:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Menulis dan membaca, untuk sebagian orang merupakan aktivitas yang sangat berat dan membosankan, tapi sebagian yang lain membaca dan menulis  merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan. Dari hasil survey ternyata  tingkat minat menulis dan membaca di Indonesia masih sangat memprihatinkan.

Data hasil penelitian dari tahun 2006-2012 menunjukkan rendahnya minat baca yang mencengangkan. BPS telah mencatat 85.9% masyarakat Indonesia memilih untuk menonton TV, 40,3% mendengarkan radio, dan hanya 23,5% membaca Koran. Pada Tahun 2011 data yang dikeluarkan oleh UNESCO indeks membaca orang Indonesia hanya 0,001 yang berarti dari seribu masyarakat hanya satu yang minat untuk baca buku.

 Hal ini tentu jauh berbeda dengan tradisi menulis  di berbagai negara maju. Indonesia yang penduduknya 250 juta jiwa hanya menerbitkan 18.000 judul buku. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduknya maka kita masing sangat jauh ketinggalan dengan Jepang yang mampu menerbitkan 60.000 judul buku, sementara Inggris jauh lebih besar lagi, mencapai 110.155 judul buku per tahun.

Rasakan Manfaat Membaca dan Menulis

Tidak bisa disangsikan lagi betapa besar manfaat membaca ditinjau dari kesehatan seperti meningkatkan kemampuan memori, menjaga keremajaan otak, meningkatkan kemampuan analisa, meningkatkan fokus dan konsentrasi, Menjauhkan risiko penyakit Alzheimer.

Menulis juga memberikan banyak manfaat, salah satu diantaranya adalah menulis sebagai terapi  pikiran dan hati. Banyaknya persoalan yang dihadapi secara pribadi maupun di masyarakat  tentu membuat hati "galau" dan pikiran jadi stress. 

Efek dari kegalau hati dan runyamnya pikiran adalah luapan emosi yang tidak terkendali atau penyakit-penyakit tertentu yang sumber pemicunya adalah dari kondisi pikiran seperti penyakit maag atau sariawan. Hal ini banyak dialami oleh setiap orang  terutama di kota-kota besar yang penuh dengan beban hidup, kemacetan, tekanan sosial dan pergaulan.

Secara ilmiah sudah banyak penelitian yang telah dilakukan yang menunjukkan bukti bahwa dengan menulis dapat dijadikan terapi , khususnya yang berkaitan dengan masalah mental seperti perasaan tertekan, emosional, peristiwa traumatik dan sebagainya.

Menurut Karen Baikie, seorang clinical psychologist dari University of New South Wales, menuliskan peristiwa-peristiwa traumatik, penuh tekanan serta peristiwa yang penuh emosi bisa memperbaiki kesehatan fisik dan mental. Dalam studinya, Baikie meminta partisipan menulis 3-5 peristiwayang penuh tekanan selama 15 - 20 menit.

Hasil studi menunjukkan, mereka yang menuliskan hal tersebut mengalami perbaikan kesehatan fisik dan mental secara signifikan dibandingkan dengan mereka yang menulis topik-topik yang netral. 

Menurut Baikie, terapi menulis ekpresif ini akan meningkatkan kadar stres, suasana hati yang negatif, gejala-gejala fisik, serta penurunan suasana hati yang positif di tahap awal. Akan tetapi, dalam jangka panjang, banyak studi yang telah menemukan bukti mengenai manfaat terapi menulis bagi kesehatan. Parapartisipan melaporkan merasa lebih baik, secara fisik maupun mental.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline