Sering kali kita disuguhi cerita, bacaan, tontonan yang menggambarkan betapa cinta dan pernikahan itu berwujud "bidadari" tanpa cela, semua kagum dengan keindahannya. Bait-bait syair pun bertaburan merangkai kata indahnya cinta yang begitu menawan, membawa sejuta pesona yang mengagumkan hingga semua pasti ingin meraih dan merasakan. Tentu saja, makhluk pertama yang penasaran adalah remaja yang sudah balig dengan perubahan biologis berupa naluri menyukai lawan jenis (garizah nau').
Rasa penasaran itu membawa mereka mencoba merasakan "makhluk" yang bernama cinta. Perasaan ini normal dan merupakan fitrah anugerah Allah SWT pada setiap manusia. Seiring dengan bertambahnya usia dan kedewasaan berpikir maka muncul keinginan untuk mencari pendamping hidup. Rasa penasaran dan informasi yang kadang berlebihan membuat sebagian orang tergesa-gesa mewujudkan keinginannya. Namun, sebagian hanya berujung pada percekcokan, bahkan sampai perceraian
Hal serupa dialami oleh semua kalangan remaja, baik yang ikut ngaji atau tidak. Di kampus-kampus, cinta dan pernikahan menjadi tema pembicaraan khusus dan tentu sangat menarik, lebih-lebih ditambah dengan "bumbu pemanis" sehingga pembahasan tentang cinta dan pernikahan seperti tidak ada habisnya untuk diperbincangkan.
Para aktivis motivator pernikahan bertebaran memberikan semangat menikah untuk menjalankan separuh dari 'din' meskipun sebagian dari mereka belum menikah dan hanya bermodalkan pengetahuan dari buku tentang pernikahan serta informasi-informasi penyemangat dari senior yang telah menikah.Semangat inilah yang terus ditumbuhkan dengan berbalut persepsi "merah jambu" cinta dan pernikahan sehingga mereka kadang kehilangan pandangan realistis tentang pernikahan. Semuanya dilihat sebagai sesuatu yang mengenakkan, padahal terkadang melenakan. Apalagi bagi remaja yang tidak mengerti hakikat cinta, semua dijalani dengan semangat membara hingga lupa bahwa kewajibannya adalah mengetahui arti cinta yang sebenarnya.
Memahami dengan benar tentang kehidupan ini dengan landasan yang syar'i sehingga menjadikannya lebih bijak dan dewasa dalam berpikir dan bertindak. Ya..! terkadang sesuatu yang belum dialami sendiri tidak akan berbekas dan bertahan lama dalam ingatan. Seorang wanita tidak akan pernah merasakan bagaimana bentuk kasih sayang pada seorang anak jika belum memiliki keturunan sendiri.
Sama dengan menjalani cinta dan pernikahan, jalan satu-satunya untuk bisa merasakan suka dan duka hidup berumahtangga adalah dengan menikah. Itulah sebabnya, pernikahan disebut sebagai bentuk kehidupan yang nyata karena kompleksitas masalah di segala dimensi kehidupan ada pada pernikahan. Memulai merencanakan menikah sampai menjalani pernikahan memang membutuhkan kecakapan ilmu dan kemampuan menjalani, tidak sebatas retorika dan motivasi semata, apalagi hanya bermodalkan cinta biasa.
Namun, tidak bisa dimungkiri bahwa yang paling banyak mempengaruhi persepsi kita selama ini adalah lingkungan pergaulan dan media. Lingkungan dan media yang cenderung kapitalistik membingkai dan mendominasi cara pandang tentang cinta dan pernikahan.
Akibatnya, mayoritas masyarakat juga ikut dengan persepsi umum yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai seorang muslim, kita memiliki cara pandang dan aturan tersendiri memaknai cinta dan pernikahan. Aturannya sangat jelas dan detail. Menikah karena Allah SWT artinya menyerahkan semua aturan sesuai dengan apa yang telahdisyariatkan-Nya. Allah SWT berfirman, "Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim)."(QS al-An'am [6]: 162-163)
Seluruh kehidupan ini milik Allah dan aturan pun harus bersumber dari-Nya. Cinta dan pernikahan hanyalah salah satu bagian dari sekian banyak cabang-cabang kehidupan. Meskipun demikian, apabila salah dalam menjalani akan berakibat buruk pada setiap cabang-cabang kehidupan lain. Ini disebabkan karena dalam menjalani kehidupan haruslah dilandasi dengan cinta karena Allah SWT
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI