Lihat ke Halaman Asli

Pasrah Tanpa Batas

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kala malam tiba. Tubuh ini akan berbaring.
Mata terpejam. Khayal pun bertengger.
Denyut jantung melambat,
Dan tak sadar lagi apa yang sedang terjadi.
Kita pun tertidur.
Tapi kita tidak tahu bahwa kita tidur.

Ketika tidur, kita pasrah tanpa batas terhadap segala sesuatu.
Raga kita, kita percayakan kepada alam dan/atau Pencipta.

Betapa,
tidur adalah salah satu karunia luar biasa.
Orang yang selalu tidur dengan nyenyak adalah orang yang berbahagia.
Sebab, kepasrahan itu pertanda segala sesuatunya tentram, sudah sesuai dengan yang seharusnya. Kepasrahan itu sebagai syukur.
Dan hati berbisik perlahan, esok adalah harapan.

Kemudian,
Kala fajar,
Biasanya akan bangun.
Bangkit.

Dan ini pun luar biasa.
Kesadaran dan akal sehat kembali menyala.
Entah dari mana ia sebelumnya.

Bagaimana pula,
ketika kita mati nanti,
daging membusuk,
tertinggal hanya tulang-belulang,
bahkan tulang-tulang itupun berserakan,
Tetapi, secara tiba-tiba, mengejutkan!
Tulang belulang itu menyatu dan kembali dilekati tubuh yang baru?

RES, 21/7/2013




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline