Lihat ke Halaman Asli

5 Menit Lagi Tidurnya, Aman-aman Saja kan? Dampak dari Merusak Sleep Cycle

Diperbarui: 19 Mei 2024   20:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasti kalian pernah terbangun di pagi hari karena suara alarm dari HP dan masih merasa sangat lelah. Badan kita sudah nyaman dan tidak ingin bergerak dan hanya mau melanjutkan tidur saja dengan tenang di ranjang yang sangat empuk dan nyaman, lima menitttt saja. Tombol snooze button di HP terlihat sangat menggoda dan akhirnya memutuskan untuk melanjutkan tidur kami yang nyenyak dan santai. 

Kalian pasti berpikir tidur sedikit saja, lima menit saja pasti tidak ada dampak negatifnya, bahkan malahan membantu kita lebih segar dalam jangka waktu panjang karena kita tidur lebih lama. Walaupun "tidur 5 menit lagi" terlihat aman di depan mata, hal  ini membawa dampak buruk bukan saja dari segi kesehatan fisik kita tetapi juga kepada mental kita dan mengakibatkan kita merasa lebih lelah. Mengapa demikian? Ini alasannya

Untuk sedikit introduuksi, saat kita tidur otak kita berfungsi lebih pelan. Otot badan dilemaskan, kita bernapas lebih pelan, dan menyiapkan energi untuk kita di esok harinya. Saat kita bangun dari tidur yang kurang, kita akan merasa seakan-akan mabuk. Hal ini dipanggil sebagai "Sleep Inertia". Sleep inertia adalah kondisi saat orang baru saja bangun dan mengalami gejala sementara: waktu reaksi lambat, pengingatan buruk, pikiran dan aktivitas yang lambat. Saat seseorang ada dalam kondisi sleep inertia, mereka akan mengambil keputusan secara tidak sadar dan memilih yang lebih enak terdengar, dalam konteks ini untuk tidur lagi. Namun, melakukan demikian akan merusak siklus tidur kalian.

Siklus tidur atau sleep cycle adalah proses yang dialami kita semua saat tidur. Satu siklus tidur dapat berjalan selama kira-kira 75-90 menit. Sebenarnya saat kita tidur kita tidak langsung saja tidur, tetapi selama malam hari proses istirahat kita dibagi menjadi beberapa siklus tidur. Saat tidur proses kita dibagi menjadi 4 tahap, satu dengan rapid eye movement (REM) dan tiga dalam non-REM. Jika siklus tidur tersebut rusak maka kita akan mengalami beberepa gejala seperti peningkatan respons terhadap stres, stres emosional, gangguan mood, dan defisit dalam pemikiran dan tindakan kognitif. 

sleepfoundation.org

Nah sekarang kita balik ke topik awal. Jadi jika kita baru saja bangun dan mencoba untuk tidur lima menit lagi, otak kita secara otomatis memasuki siklus tidur yang baru. Setelah lima menit tersebut, ada kemungkinan tinggi di mana otak kita akan balik ke kondisi REM dan tidak mendapatkan deep restorative sleep yang sebenarnya dibutuhkan oleh otak kita. Otak kita akan kaget dan mulai bingung apabila sekarang waktu tidur atau sudah harus bergegas kerja. 

Menurut Profesor Stuart Peirson, tidur kita dijalankan dengan dua kunci penting, ritme sirkadian dan homeostatic sleep pressure. Rime sirkadian adalah fungsi yang membantu otak kita terus bangun di siang hari, dan homeostatic sleep pressure adalah proses saat semakin lama kita bangun, maka semakin banyak kita butuh tidur. 

Saat malam hari, sleep pressure kita meningkat dan ritme sirkadian akan mulai memelan. Apabila jam tidur dan bangun kita tidak teratur, maka akan lebih susah untuk mendapatkan waktu tidur yang lebih optimal. Terlebihnya ritme sirkadian akan menurun kualitas kerjanya mengakibatkan kita tidak dapat berproses secara maksimal. 

Untuk menyimpulkan, kita jangan tergoda dengan tambahan lima menit tidur tersebut. Mencoba untuk tidur lagi akan menyerang kondisi mental dan emosional kita dan mengurangi energi kita dalam aktivitas sehari-hari. Semisal kita memang lelah, lebih  baik tidur lebih cepat di malam hari sebeluumnya atau meluangkan waktu kira-kira satu jam di siang hari untuk tidur. Bukan saja hal tersebut lebih sehat bagi kondisi otak kita, tetapi kita juga akan merasa lebih segar dan siap untuk melaksanakan tugas berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline