Sialnya, ketika mereka tengah beristirahat di Kali Nglirip (wilayah Kecamatan Singgahan Tuban) bumbung kuning milik Prabu Brawijaya itu telah dicuri oleh seorang wanita cantik dan dibawa lari ke arah utara.
Maka tak lama kemudian kedua prajurid Demak itu segera mengejar untuk merebut kembali amanah sang prabu.
Tapi anehnya meskipun sampai hampir tengah malam dua orang pemuda itu masih belum juga berhasil mencapai maksudnya.
Bahkan Pinunjul yang paling rendah tataran kemampuan larinya, akhirnya tertinggal dan anak muda itupun berlari sendirian tak tentu arah.
Pagi itu sang Mentari mulai bersinar cerah. Di sebuah bukit kecil di tengah hutan Nggembul nampak Ki Pinunjul tengah bersandar di bawah sebuah pohon.
Pemuda itu nampak sangat lelah setelah semalam berlari tidak tentu arah.
Namun bukan hanya karena kelelahan itu yang membuat tubuhnya lemas dan wajahnya murung, melainkan juga keberadaan benda berupa bumbung kuning.
Benda itu adalah merupakan amanat dari Raja untuk Sri Sultan Demak. Itu artinya nyawa mereka menjadi taruhannya.
Apa jadinya sekarang karena ternyata benda itu sudah tiada lagi di tangannya. Duh Gusti, benar-benar ini merupakan ujian berat.
Bersambung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H