Lihat ke Halaman Asli

Rusman

Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra

2. Rusman: Rembulan di Atas Bayang Semu (f)

Diperbarui: 17 Juli 2019   07:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sekali lagi Mas Hario Dalem menengadahkan wajahnya. Bulan itu masih memancar di langit, dan bintang-bintang masih bergayutan pada dataran yang biru.

"Paman," gumam Benteng Surolawe itu perlahan-lahan "besok kita akan mulai dengan persiapan yang terakhir. 

Mudah-mudahan kita akan dapat merebut daerah leluhur itu kali ini."

Panitis berpaling, nada ucapan itu sama sekali tidak bernafsu seperti isinya. Mas Hario Dalem seakan-akan berkata asal saja mengucapkan kata-kata. 

Karena itu Panitis tidak segera menjawab. Dibiarkannya Mas Hario Dalem berkata pula: 

"Besok kita akan mulai lagi dengan suatu gerakan. Aku mengharap lusa kita telah berada di kadipaten."

 "Ya ngger."

Mas Hario Dalem sama sekali tidak tertarik kepada jawaban Panitis. Bahkan seolah-olah tidak didengarnya. 

Ia masih saja berkata seterusnya: 

"Besok aku akan mulai dengan pembunuhan-pembunuhan dan kematian-kematian baru. Besok aku mengadakan benturan benturan antara manusia dengan manusia. Antara sesama yang mengalir dari sumber yang satu."

Bersambung




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline