Sekali lagi Mas Hario Dalem menengadahkan wajahnya. Bulan itu masih memancar di langit, dan bintang-bintang masih bergayutan pada dataran yang biru.
"Paman," gumam Benteng Surolawe itu perlahan-lahan "besok kita akan mulai dengan persiapan yang terakhir.
Mudah-mudahan kita akan dapat merebut daerah leluhur itu kali ini."
Panitis berpaling, nada ucapan itu sama sekali tidak bernafsu seperti isinya. Mas Hario Dalem seakan-akan berkata asal saja mengucapkan kata-kata.
Karena itu Panitis tidak segera menjawab. Dibiarkannya Mas Hario Dalem berkata pula:
"Besok kita akan mulai lagi dengan suatu gerakan. Aku mengharap lusa kita telah berada di kadipaten."
"Ya ngger."
Mas Hario Dalem sama sekali tidak tertarik kepada jawaban Panitis. Bahkan seolah-olah tidak didengarnya.
Ia masih saja berkata seterusnya:
"Besok aku akan mulai dengan pembunuhan-pembunuhan dan kematian-kematian baru. Besok aku mengadakan benturan benturan antara manusia dengan manusia. Antara sesama yang mengalir dari sumber yang satu."
Bersambung