Lihat ke Halaman Asli

Rusman

Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra

D. Raden Syaid di Istana Sang Wilatikta (Masa Muda Sang Sunan)

Diperbarui: 12 Juni 2019   08:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Pemuda yang telah ditempa oleh tingginya bukit dan dalamnya jurang serta hantaman ombak laut utara ini seperti tak menghiraukan resiko apapun seandainya tangan ayahnya yang dialiri oleh kekuatan hebat itu benar-benar akan menghantam dada atau kepalanya.

Dan tentu bukanlah salah Raden Syaid pula kalau tanpa dia sengaja telah hadir kemampuan yang bersemayam dalam dirinya yang selama ini ia asah dengan berbagai rintangan di alam liar.

Yang telah ia matangkan dengan cara keluar masuk hutan guna membela orang-orang lemah bersama temannya.

Tiba-tiba saja ajian yang dimiliki telah merasuki tubuhnya tanpa ia sendiri berniat untuk mengundangnya.
Raden Syaid telah didorong oleh naluri untuk membentengi diri saat merasa terancam oleh suatu kekuatan dari luar, ialah dengan ajian: Tameng Waja.

Begitulah meskipun nampak wadak Pangeran Tuban itu tengah memeluk kaki sang ayah dengan kepasrahannya, namun sesungguhnya di depan dua wanita itu tengah berhadapan dua ajian yang sangat dasyat yang tidak dimiliki oleh sembarang orang.

Sebagai seorang yang linuwih Adipati Wilatikta tahu dan merasakan pula apa yang terjadi dalam diri anaknya.

Maka perasaannya yang terlanjur marah begitu mudah berkobar seperti sekam api yang semakin membara. Dan suaranya yang menakutkan itupun kembali terdengar.

"Kurang ajar kau Syaid. Kau telah berani melawan ayahmu sendiri,"bentak sang Wilatikta "minggir, minggiir! Seberapa kekuatan yang akan kau pamerkan pada ayahmu, he? Kau anak kemarin sore. Ayo hitung semua ajianmu, ingat-ingat semua rapalmu, tak akan mungkin Raden Sahur ini lari dari seorang bocah kecambah sepertimu."

Terkejutlah pemuda itu atas teguran ayahnya, kini ia sadar dengan siapa dirinya berhadapan. Ia yang sebenarnya tidak bermaksud melawan ayahnya, namun sang ayah yang merupakan senopati Majapahit itu telah merasakan hadirnya ajian Tameng Waja dalam dirinya.

Maka buru-buru Raden Syaid melepas pelukannya, dan dengan membungkuk hormat pemuda itu perlahan-lahan mundur beberapa langkah.

Kini iapun nampak duduk menunduk sambil mengatupkan kedua telapak tangan di depan wajahnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline