"Aku adalah orang yang telah berumur lanjut. Karena itu aku harus berkata yang sebenarnya menurut pertimbangan hatiku.
Namun aku tidak dapat menutupi kenyataan, bahwa untuk berkata sebenarnya adalah sulit sekali.
Bukankah angger pernah marah kepadaku karena aku tidak sependapat dengan angger?"
Adipati yang dijuluki pengikutnya sebagai Benteng Surolawe itu mengernyitkan keningnya.
Dia tatap Panitis tajam-tajam seperti ingin melihat pusat jantungnya.
Dan karena itulah maka orang tua itu menundukkan kepala.
"Paman," berkata Mas Hario Dalem "aku tahu paman adalah seorang yang pilih tanding. Seorang yang memiliki kesaktian yang sukar dicari tandingannya.
Kenapa paman berpikiran terlalu pendek. Kalau paman mempunyai tekad yang kuat di dalam dada paman, maka paman akan dapat menyumbangkan tenaga dalam perjuangan ini.
Tetapi selama ini paman lebih senang mendekam di kandang. Kenapa paman tidak lagi bersedia mengayunkan tombak atau memegang gagang pedang?"
Panitis mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Sudah aku katakan alasan-alasan yang memaksa aku untuk berdiam diri."
"Tetapi kenapa paman tidak pergi saja dari pasukan ini dan menyeberang ke pihak Mataram?"