Lihat ke Halaman Asli

Rusman

Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra

Rusman: Artikel, Sifat Adigang Adigung Adiguna (1)

Diperbarui: 7 Juli 2021   17:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rusman: Artikel, Sifat Adigang Adigung Adiguna (unsplash/aaron burden)

Satu lagi pitutur jawa yang amat populer di tengah masyarakat kita adalah agar kita menghindari sifat: "Adigang Adigung Adiguna."

Hampir semua orang jawa pernah mendengar pitutur tersebut, mungkin dari ayah ibu atau kakek nenek, saudara atau teman maupun sahabat-sahabat kita.

Istilah adigang adigung adiguna merupakan istilah yang pertama kali dituliskan oleh Sri Pakubuwana IV (1788-1820) melalui karya beliau Serat Wulangreh.

Baca juga : Jenang Asli Buatan Orang Jawa

Tercantum khususnya pada Pupuh ke-3 (Sekar Gambuh) bait 4-10.

Serat Wulangreh yang dikarang raja Surakarta ini sekarang tersimpan di Museum Radya Pustaka di Surakarta.

Isinya terdiri dari 13 pupuh, antara lain: Dhandhanggula, Kinanthi, Gambuh, Pangkur, Maskumambang, Megatruh, Durma, Wirangrong, Pucung, Mijil, Asmarandana, Sinom, dan Girisa.

Baca juga : Fakta Menarik Budaya Jawa! Berikut 5 Pantangan yang Tidak Boleh Dilakukan oleh Orang Jawa

Setiap pupuh isinya berupa tuntunan yang perlu dilaksanakan oleh semua manusia agar hidupnya selamat serta tidak terjerumus ke hak-hal yang bersifat nista.

Jadi isinya sesuai benar dengan judul bukunya, yaitu "Wulangreh" yang artinya ajaran atau pitutur menuju jalan keutamaan.

Pada pupuh ke-3 bait ke 4 itu digambarkan tentang apa yang dimaksud adigang adigung adiguna itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline