Oleh: RUS RUSMAN
Serat Darmasarana atau Serat Pustakaraja Purwa ciptaan R. Ng. Ronggowarsito, yang disimpulkan menurut kesimpulan para sastrawan masa kini terutama bertujuan untuk melengkapi kisah pasca Generasi Pandhawa setelah mukswa. Kisah pasca Pandhawa memang dirasakan sangat kurang dibahas oleh para pujangga tempoe doeloe sehingga banyak melahirkan misteri bagi para pencinta wayang.
Dalam serat ini menampilkan sekitar 435 tokoh yang dikemukakan secara cukup terperinci. Khususnya tentang kematian tokoh Baladewa ternyata terdapat perbedaan yang sangat menyolok jika diperbandingkan dengan penampilan mereka dalam Mahabharata khususnya pada Adiparwa, Mosalaparwa dan Prasthanikaparwa.
Dalam Serat Darmasarana telah digambaran bahwa pada waktu itu Bagawan Baladewa sudah berusia sangat lanjut, tetapi masih memiliki berbagai macam kesaktian. Di samping itu sang begawan Baladewa juga menunjukkan sosok yang masih sangat bertanggungjawab serta merelakan diri untuk berkorban demi kepentingan negaranya, yaitu negara Astinapura. Tanggungjawab itu ditunjukkan saat kerajaan Astinapura diserbu Niradhakawaca dari Ima-imantaka. Baladewa saat itu ikut menahan serangan musuh.
Dengan senjata sakti Nanggala, segala kesaktian Niradhakawaca dapat dipunahkan. Niradhakawaca kemudian dengan liciknya di guru9 memperdaya Baladewa dengan menyamar sebagai Arya Dyastara untuk meminjam Nanggala dengan dalih untuk mengusir musuh. Karena belas kasihnya kepada Arya Dyastara (cucunya), senjata Nanggala miliknya diberikan. Setelah Baladewa menyadari kelengahannya bahwa dirinya diperdaya musuhnya, ia berupaya merebutnya kembali.
Niradhakawaca kemudian mencipta angin ribut bercampur kabut. baladewa yang sudah berusia lanjut itu tidak tahan, tubuhnya menggigil kedinginan dan akhirnya gugur dan moksa. Peristiwa ini menimbulkan huru-hara, guruh bergemuruh, halilintar meledak menyambar-nyambar. dari langit para dewa menghujaninya dengan bunga harum menyebar wangi. Peristiwa gugurnyza Baladewa serta sambutan dan penghormatan para dewa yang luar biasa di atas sekaligus menunjukkan pula ketinggian kedudukan serta keutamaan Baladewa.
Tokoh yang satu ini memang semasa hidupnya dikenal memiliki watak yang amat keras, lugu dan jujur. Bahkan karena keluguannya seringkali bisa dimanfaatkan oleh orang-orang jahat. Baladewa dikenal sebagai raja yang sangat menyayangi istri dan anak-anaknya.***
Keterangan: Penulis adalah praktisi pendidikan tinggal di kota Tuban.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H