Lihat ke Halaman Asli

Guru dan Keterampilan Non Kognisi

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar, mendidik dan melatih. Singkatnya, orang yang mengajarkan sesuatu kepada orang lain dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi bisa yang berguna untuk dirinya dan masyarakat. Karena kelebihan itulah, guru memiliki status sosial baik dalam masyarakat.

Pada tulisan terdahulu “Guruku Cantik Sekali” dijelaskan, guru memiliki 3B (Brain, Behavior dan Beauty). Guru harus pintar, baik dan cantik/tampan, namun dalam proses belajar mengajar setiap guru memiliki gaya dan karakter berbeda. Materi ajar boleh sama tetapi cara pengampaian yang berbeda. Ibarat bumbu masak boleh sama, tetapi cara mengolahnya berbeda, maka hidangan yang disajikan rasanya berbeda. Begitu barangkali metafora yang tepat digunakan.

Arthur Ward, seorang ilmuwan, menulis kata-kata indah untuk seorang guru. The mediocre teacher tells. Good teacher explains. Superior teacher demonstrates. Great teacher inspires (Guru yang biasa-biasa, berbicara. Guru yang bagus, menerangkan. Guru yang hebat, mendemonstrasikan. Guru yang agung, memberikan inspirasi).

Arthur mengatakan bahwa karakter atau gaya guru itu ada empat macam. Terpenting dari yang penting dari karakter tersebut adalah apa yang dilakukan guru akan dicontoh muridnya. Pribahasa lama menyebut, “Guru kencing berdiri murid kencing berlari” Jika sudah begini, untuk menjadi seorang guru tidak mudah, karena menjadi role model bagi muridnya. Mungkin semua orang biasa mengajar tetapi tidak semua bisa menjadi guru.

Meskipun memiliki karakter berbeda dalam cara mengajar, guru harus dibekali pengetahuan dan keterampilan tentang apa yang akan diajarkan. Memiliki semangat dan motivasi untuk kemajuan muridnya dan menjadi motivator dan inspirator, dapat menyakinkan bahwa dibalik awan ada matahari. Dia harus dipercaya oleh muridnya, jika guru tidak, akan sia-sia apa yang diajarkannya.

Dengan kemajuan teknologi informasi saat ini, ilmu pengetahuan mudah diperoleh di mana dan kapan saja. Biasa dikatakan belajar tidak harus di ruang kelas. Ada pendapat yang mengatakan pelajaran yang diperoleh murid di ruang kelas hanya 40 persen. Artinya, murid mendapatkan pengetahuan 60 persen di luar kelas.

Demikian juga dalam dunia kerja, pelajaran yang didapatkan di ruang kelas hanya dapat diaplikasi sebanyak 30 persen. Sisanya didapatkan saat bekerja. Bahkan beberapa orang sukses yang mendapatkan pelajaran di ruang kelas, tidak menerapkan ilmu pada pekerjaan yang ditekuni. Sebut saja, Chairul Tanjung owner TransTV, adalah seorang dokter gigi, demikian juga dengan motivator nomor satu Indonesia, Mario Teguh adalah sarjana pendidikan dari IKIP Malang dan alumni operations systems, Indiana University, Amerika Serikat.

Tapi, tidak berarti pengetahuan yang didapatkan di ruang kelas dari guru tidak penting, malah sangat penting, karena ilmu yang didapatkan, bukan hanya kemampuan kognisi yaitu kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu. Melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan dan berbahasa. tetapi juga keterampilan atau kemampuan non kognisi yaitu bagaimana belajar tentang keteguhan hati, penderitaan dan perjuangan serta keterampilan berhubungan atar sesama umat manusia.

Prof. James Joseph Heckman, pemenang nobel ekonomi (2000) mengatakan, salah satu yang dapat penentu keberhasilan seseorang karena keterampilan non kognisi yaitu keterampilan mengatur diri, kemampuan mengelola daya tahan, menunda kenikmatan, tekun menghadapi kejenuhan dan dapat menjalankan rencana-rencana dalam menjalani kehidupan.

Kalau begitu, guru harus mengajarkan pengetahuan kognisi dan non kognisi. Guru harus hadir sepanjang eksistensi manusia di muka bumi, karena masyarakat tanpa guru adalah masyarakat yang tidak memiliki tujuan hidup. Tidak memiliki visi dan misi yang jelas. Tidak mengetahui benar dan salah serta tidak mengetahui baik dan buruk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline