Lihat ke Halaman Asli

Aku Suka Gayamu (Peduli)

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Minggu lalu (4/3) ketika melintas di jalan Tanjung Barat perempatan TB. Simatupang, depan Universitas Tama Jagakarsa, lintasan pintu kereta Tanjung Barat Jakarta selatan, ada kerumunan orang di tepi jalan. Seorang ibu usia (+40th), berhijab berdarah, terbaring di trotoar. Tubuhnya lemah dan tak bergerak. Di sampingnya lelaki, suaminya (+40th), duduk meringis kesakitan memenang lututnya. “Kecelakaan, jatuh dari motor, Ibu ini mungkin kepala terbenturaspal,“kata seorang lelaki dikerumunan itu.

Pengendara motor banyak berhenti,sekedar melihat-lihat saja. Jalan pun macet. Beberapa pemuda melompat ke tengah jalan mengatur lalu lintas. Banyak pengendara tidak sabar. Klakson motor dan mobil bersahut-sahutan memecah gendang telinga. Karena agak gelap, seorang pemuda, menyalakan senter HP-nya. Melihat kondisi ibu yang tidak bergerak. “Darahnya banyak. Ibu ini harus segera ke rumah sakit,” teriaknya. “Cari kendaraan yang bisa mengantarnya ke rumah sakit”.

Pemuda yang mengatur lalu lintas, berdiri tengah jalan mencegat sebuah kendaraan minibus plat hitam (pribadi) yang lewat. Tapi tidak mau berhenti, tancap gas. Pemuda itu yang mencoba mengejar tetapi lebih gesit dan menghilang. Tidak putus asa, kembali menghadangi beberapa mobil pribadi lainnya. Lagi-lagi gagal, mobil tersebut tidak peduli. Termasuk, mobil bak terbuka. yang biasa digunakan untuk material bangunan, juga tancap gas lalu menghilang dalam kepadatan lalu lintas.

“Jangan mobil pribadi, pasti tidak berhenti. Cari taksi saja,” seru pemuda yang menjaga ibu yang terluka.

Pengendara yang tidak sabar, membunyikan klakson. Bunyi alarm (bell) kereta api akan lewat menambah suasana semakin tidak nyaman. Dalam suasana sahutan bunyi klakson dan alarm kereta Api, sebuah taksi dalam kepadatan lalu lintas. Pemuda yang di tengah jalanberdiri menghadang taksi tersebut,taksi tidak mau menepi, malah tancap gas menerobos kendaraan lainnya. Pemuda itu mengejarnya, tidak berhasil. Umpatan “kasar” pun keluar dari mulut pemuda itu.

Tidak berapa lama, sebuah taksi muncul lagi. lampu di atas kap-nya padam. Tanda ada penumpang, tetapi, taksi itu kosong. Salah seorang pemuda melompat menghadang taksi tersebut, lagi-lagi tancap gas. Karena kesal, mengejar sambil mengeluarkan umpatan.

Dalam suasana macet, angkot KWK T19 jurusan TMII - Depok memuat beberapa penumpang. Entah, kenapa mobil itu yang dihentikan oleh pemuda itu, sambil mengikuti mobil yang berjalan, berbicara dengan sopirnya. “Naikan, naikan,” perintahnya. Beberapa pemuda menggotong ibu ke atas angkot, lalu menyusul suami dipapah. Seorang pemuda memasukan kunci motor ke saku bapak yang masih meringis kesakitan,“Ini kunci motornya Pak, motornya saya titip di warung itu,” sambil menunjuk warung yang ada di seberang jalan.

Angkot KWK T19 melaju ke arah Pasar Rebo. Arah ke rumah sakit Pasar Rebo, jarak sekitar 2 kilo meter. Dengan menghilangnya angkot tersebut di tengah kepadatan lalu lintas, para pemuda sibuk membunyikan motor masing-masing lalu menancap gas, berpencar ke berbagai arah. Sahutan klakson dari pengendara tidak terdengar lagi.

Para pemuda itu, sepertinya tidak kenal satu sama lainnya. Saat berpisah di antara tidak sapa menyapa. Pergi begitu saja. Tidak ada tos-tosan, tidak ada salam-salaman, tidak ada ucapan terima kasih. Para pemuda itu juga pastilah tidak kenal dengan ibu dan bapak korban kecelakaan. Demikian juga dengan sopir angkot KWK T19, mereka tidak kenal. Pokoknya tidak saling kenal.

Para pemuda itu, tampilannya bercelana jeans dengan jaket lusuh. Jenis motornya biasa-biasa saja. Bukan Harley Davidson alias Moge. Umpatannya “kasar“ jadi bukan golongan terpelajar. Orang terpelajar bahasa halus dan santun. Mereka juga berperilaku nekat. Berani berdiri di tengah jalan, menghadang, ngotot dan memaksa beberapa mobil mengantar ibu yang terluka ke rumah sakit. Jadi mereka ini orang-orang biasa-biasa saja, lusuh, kasar, ngotot dan nekat.

Tapi, meski pun mereka hanya orang-orang biasa saja, mereka adalah orang yang luar biasa. Orang-orang hebat. Mereka peduli dengan korban kecelakaan yang terkapar tidak berdaya, tidak mereka kenal. Tanpa mereka, mungkin ibu yang terluka bisa kehabisan darah.

Hem, “Aku suka gayamu”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline