Undang -- Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia (lansia), menyebutkan seseorang dapat dikatakan sebagai lanjut usia bila mana sudah mencapai usia 60 tahun keatas. Presentase penduduk lanjut usia bedasarkan hasil proyeksi di Indonesia tahun 2015 -- 2045 menunjukkan angka peningkatan, dimana 9,0% pada tahun 2015 menjadi berkisaran 19,7 -- 19,8% pada 2045, sehingga Indonesia sendiri akan memasuki era baru yang disebut ageing population (Kemenkes RI, 2016).
World Health Organization atau WHO mengestimasikan bahwa saat ini angka kejadian hipertensi secara global mencapai 22% dari total penduduk dunia dan dari jumlah tersebut kurang dari seperlima yang melakukan upaya pengendalian terhadap tekanan darah yang dimiliki. Asia Tenggara berada di posisi ke -- 3 tertinggi dengan angka kejadian sebesar 25% terhadap total penduduk. Indonesia mengalami peningkatan insiden hipertensi yang cukup signifikan dari tahun 2013 sampai tahun 2018. Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa terjadi kenaikan sebesar 8,31% dan Provinsi Jawa Tengah menduduki posisi ke -- 4 prevalensi tertinggi kejadian hipertensi setelah Kalimantan Selatan, Jawa Barat dan Kalimantan Timur. Penyandang hipertensi setiap tahunnya mengalami peningkatan, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1.5 miliar orang yang terkena hipertensi dan diperkirakan setiap tahunnya 9.4 juta orang meninggal akibat dari hipertensi dan komplikasinya (Kemenkes RI, 2019).
Dari uraian di atas , terlihat bahwa angka prevalensi lansia di Indonesia akan terus meningkat penyakit yang banyak di derita oleh lansia salah satunya adalah hipertensi . Hipertensi ditandai dengan peningkatan tekanan darah yang menunjukkan tekanan sistolik sebesar 140 mmHg dan atau tekanan diastolik sebesar 90 mmHg. Tidak semua penderita yang mengidap hipertensi menyadari penyakit yang dialaminya, hal tersebut membuat hipertensi sering disebut sebagai silent killer atau lebih dikenal. Hipertensi yang dialami oleh lanjut usia lebih penting untuk ditangai karena patogenesis, perjalanan penyakit dan penatalaksanaannya (Pristiyani, K., & Mujahid, 2020)
Penatalaksanaan pada hipertensi ada 2 jenis yaitu dengan farmakologi dan non farmakologi penanganan ini dapat mengatasi hipertensi dan bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya komplikasi pada lansia . Salah satu alternatif yang memberikan pengaruh untuk dapat menurunkan tekanan darah tinggi pada penderita hipertensi adalah manajemen non farmakologi (Saparudin, H., Armiyati, Y., 2020). Manajemen non farmakologi merupakan terapi pendamping medis yang disarankan, hal tersebut merupakan terapi alternatif dan terapi komplementer. Terapi komplementer adalah sekelompok perawatan kesehatan, praktik serta produk yang tidak dianggap sebagai bagian dari pengobatan konvesional yang dapat menguatkan manajemen farmakologi. Salah satu bagian dalam Complementary and Alternative Medicine (CAM) adalah massage therapy. Massage therapy dalam pelaksanaannya terdapat perlakuan yang salah satunya perlakuan terhadap titik -- titik sentra refleks di bagian kaki, dimana hal ini disebut sebagai reflexology (Pristiyani, K., & Mujahid, 2020).
Pada Reflexology atau pijat refleksi adalah prosedur terapi komplementer yang bedasarkan prinsipnya dengan memberikan relaksasi serta penyembuhan secara sistmatis dan memberikan tekanan ke titik refleks tertentu yang sebagian besar lokasi dibagian kaki (Faradhila et al., 2022). Manfaat foot massage pada tubuh yaitu akan lebih relax, rasa cemas dan rasa sakit berkurang, fisik menjadi lebih nyaman sehingga kualitas tidur akan lebih meningkat Pijatan pada kaki akan merangsang energi untuk keluar, hal ini membuat aliran darah dan energi dalam tubuh menjadi lebih lancar sehingga membuat hipertensi beserta komplikasinya dapat dicegah (Djamaludin, D., & Yulendasari, 2021).
Dapat disimpulkan dari pembahasan ini bahwa terapi pijat relaksasi kaki bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah pada lansia karena penatalaksanaan foot message akan menjadi lebih nyaman karena otot menjadi rileks , range of motion dan sirkulasi meningkat, sehingga sisa metabolisme dapat keluar. Foot massage dapat menjadi alternatif terapi non farmakologi yang aman dan mudah untuk diberikan kepada pasien hipertensi.
Daftar Pustaka
Djamaludin, D., & Yulendasari, R. (2021). Perbedaan Efektifitas Foot Massage Dan Progressive Muscle Relaxation Terhadap Penurunan Tekanan Darah Dan Kecemasan Penderita Hipertensi Abstract: The Difference Of Foot Massage And Progressive Muscle Relaxation Effectivenesson Reduction Of Blood Pressure. http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/manuju/article/view/3079
Faradhila, R., Armiyati, Y., & Mustofa, A. (2022). Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi Menggunakan Terapi Pijat Refleksi.
Kemenkes RI. (2016). Situasi lanjut usia (lansia) di Indonesia.
Kemenkes RI. (2019). Hipertensi Si Pembunuh Senyap. Kementrian Kesehatan RI.