Oleh : Drs. Rusman, M.Pd
Menggambar merupakan kebutuhan dasar bagi setiap anak, oleh karena itu dalam belajar di kelaspun pada awalnya setiap guru dituntut untuk mampu memberikan pelatihan menggambar kepada siswanya. Namun disadari pula bahwa proses belajar menggambar tidak akan dapat sempurna jika tanpa dibarengi dengan latihan menggunakan alat tulis, seperti pensil, penggaris, penghapus, dan alat tulis lainnya.
Hal ini disebabkan bahwa pelaksanaan belajar menggambar sedikit banyak juga tergantung pada kemampuan anak dalam menggunakan alat-alat tulis tersebut.
Dalam proses belajar menggambar bagi kelas satu sekolah dasar umumnya anak dikenalkan dengan gambar-gambar yang sederhana. Misalnya gambar dalam bentuk kotak, wajik, telur, dan sejenisnya.
Contoh gambar-gambar yang dimaksud sebagaimana tergambar di bawah ini :
▲
Gambar 1: Anak-anak kelas satu menyebut gambar wajik
◪
Gambar 2: Anak-anak kelas satu menyebut gambar kotak
◑
Gambar 3: Anak-anak kelas satu menyebut gambar telur.
Kiranya masih banyak lagi gambar-gambar sederhana yang sering diperkenalkan guru kepada para siswa kelas satu awal. Bahkan gambar-gambar sederhana semacam ini tidak jarang digunakan pula sebagai media dalam belajar berhitung.
◑◑+◩◩◩ = ….
Kalimat matematika di atas berbunyi:
“Telur 2 ditambar kotak 3 sama dengan titik-titik”.
Dalam proses belajar menggambar ini sangat dituntut kesabaran baik dari pihak guru maupun pihak siswa sendiri. Seringkali anak merasa sudah benar dalam melakukan tugas menggambarnya, padahal hasil gambarnya masih jauh dari harapan. Mungkin terbalik gambarnya, mungkin kurang lurus, atau kesalahan-kesalahan lain yang semuanya masih dalam batas kewajaran sebagai anak kelas satu awal.
Terutama jika anak dihadapkan pada gambar yang bentuknya agat merepotkan. Misalnya gambar ikan, di sini anak harus berhati-hati. Sebab bisa saja maunya menggambar ikan tapi yang keluar justru gambar pesawat terbang.
Perlunya Nilai estetika
Dalam pelajaran menggambar bentuk sederhana ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pelajaran kesenian. Dalam pelajaran kesenian anak dituntut untuk mampu mengembangkan daya imajinasinya. Demikian pula dengan menggambar di kelas awal ini. Para siswa kelas satu juga harus belajar mengembangkan daya khayal untuk dituangkan ke dalam hasil gambarnya.
Para siswa kelas sekolah dasar juga memiliki rasa indah, yang merupakan karunia Tuhan. Memang sulit kiranya dimengerti apa yang disebut sebagai rasa indah itu, hal itu tergantung pada siapa yang merasakan dan seberapa jauh seseorang mampu merasakan cita rasa indah tersebut. Meskipun demikian dapat dipastikan bahwa setiap orang membutuhkan perasaan indah itu. Termasuk anak-anak pada usia kelas awal sekolah dasar.
Memang tidak mungkin dapat disangkal bahwa setiap orang membutuhkan rasa indah. Antara kedua hal itu, yakni rasa indah dan kebutuhan manusia, dapat diibaratkan sebagai dua sisi mata uang yang saling menunjang satu sama lain.
Dengan dua hal itu pulalah kita dapat memperkuat anggapan bahwa pada dasarnya setiap manusiaberpotensiuntukmemilikikepekaanterhadaprasa indah. Sekasar dan sekejam apapun, naluri manusia akan menangkap dengan sendirinya sinyal-sinyal keindahan yang ada di hadapannya.
Potensi rasa indah itulah yang harus dimanfaatkan oleh guru kelas satu dalam upaya melatih menggambar dasar ini. Hal itu masih harus dilengkapi dengan pembinaan tentang bagaimana menggunakan alat-alat tulis tertentu, misalnya pensil, pulas (pensil warna), penggaris, penghapus, dan sejenisnya.
Nilai estetika sebagai salah satu aspek pendidikan merupakan sisi yang amat penting bagi kehidupan manusia. Nilai estetika merupakan konsumsi jiwa bagi setiap manusia. Oleh karena itu kebutuhan tentang niai estetika merupakan kebutuhan yang bersifat naluriah yang tidak dapat dihindari oleh siapapun.
Dengan melihat begitu pentingnya nilai estetika, maka dalam proses pendidikan di sekolah nilai estetika harus mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh, baik bagi kepala sekolah, para guru, maupun para siswa sendiri. Agar para siswa memiliki kepekaan terhadap rasa indah, maka di lingkungan sekolah harus diciptakan suasana atau kondisi yang dapat menuntun mereka menuju rasa indah tersebut.
Misalnya dengan cara menggalakkan penghijauan di halaman atau di lingkungan sekitar sekolah, menanam bunga di depan atau di sekitar kelas, mengecat bagian kelas dan ruang kantor guru dengan warna-warna tertentu, dan sebagainya.
Dengan dasar pemikiran di atas, maka dalam pandangan penulis sangatlah penting bagi seorang kepala sekolah sebagai pengelola lembaga pendidikan memiliki kesadaran tentang rasa keindahan atau estetika, sebab dengan kesadaran tentang pentingnya nilai estetika itu kepala sekolah tersebut dapat mengarahkan para guru dan para siswa untuk senantiasa memiliki rasa keindahan sebagai salah satu aspek penting dalam pendidikan.
Dengan kepekaan rasa indah itulah budi pekerti dan kepribadian para siswa akan lebih mudah diarahkan. Namun dalam kenyataan seringkali kondisi ideal itu tidak nampak, Artinya kepekaan terhadap rasa indah itu ternyata belum tentu ada pada diri semua orang, termasuk para pendidik.
Estetika atau keindahan adalah rasa yang bersemayam dalam jiwa manusia. Rasa indah sekaligus merupakan kebutuhan manusia. Tidak ada satupun orang yang mampu menolak keberadaan rasa indah dalam jiwanya, dan sejalan dengan hal itu dipastikan pula bahwa setiap orang membutuhkan perasaan indah itu. Kedua hal itudapat diibaratkan sebagai dua sisi mata uang, yang saling menunjang satu sama lain.
Dengan dua hal itu pulalah yang memperkuat anggapan bahwa pada dasarnyasetiapmanusiaberpotensiuntukmemilikikepekaanterhadaprasa indah. Sekasar dan sekejam apapun, naluri manusia akan menangkap dengan sendirinya sinyal-sinyal keindahan yang ada di hadapannya.Yang membedakan adalah tingkat kepekaannya saja, artinya ada orang yang jiwanya mudah merespon rangsangan indah di sekitarnya, namun sebaliknya ada juga yang hanya mampu tersentuh rasa indah dalam tingkat tertentu. Bentuk lanjut dari rasa indah itu adalah keharuan dan kepuasan. Keharuan merupakan bentuk rasa indah yang erat dengan kesedihan, sedang kepuasan adalah bentuk rasa indah yang menjadi satu dengan kesenangan.
Baik keharuan maupun kepuasan dapat timbul sewaktu-waktu, terutama apabila terdapat rangsangan dari luar yang tertangkap melalui panca indera. Misalnya jika seseorang menyaksikan pemandangan alam, mendengarkan musik, menonton sinetron, dan sebagainya.
Analisis Masalah
Dalam kenyataan insan pendidikan salalu menghadapi banyak tantangan dan hambatan yang menunjukkan adanya hal-hal yang dirasakan kurang serasi dan lancar dalam upaya mencapai keberhasilan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dan diharapkan tersebut.
Dalam keberadaannya guru nampaknya dihadapkan dengan kenyataan adanya permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran siswa yang menyebabkan siswa kurang bisa berprestasi secara maksimal. Banyak penyebab yang menjadi kendala, yang diantaranya adalah penggunaan metode yang kurang tepat untuk membentuk tingkat pengetahuan dan kepribadian siswa.
Padahal kalau kita amati, selain dari peran guru juga banyak faktor yang mempengaruhi adanya keberhasilan belajar, yang diantaranya adalah tentang kepribadian siswa yang ternyata juga mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan belajar. Hal itu semua merupakan variable dari keberhasilan belajar para siswa.
Sebenarnya kepekaan rasa indah dengan kehalusan budi pekerti itu memiliki keterkaitan yang cukup erat. Kehalusan budi perkerti merupakan salah satu bentuk dari perwujudan perasaan indah yang ada dalam jiwa seseorang. Jadi apabila seseorang sedang merasakan keindahan dalam dirinya, maka dia membutuhkan alat atau sarana untuk mengungkapkan rasa indahnya. Misalnya dalam bentuk bernyanyi, melukis, atau memelihara bunga di taman.
Demikian pula dengan anak-anak di sekolah maupun di rumah, apabilasedangmerasaindah dalam dirinya maka anak tersebut akan cenderung melakukan sesuatu dengan perilaku yang halus pula. Tidak kasar, tidak brutal sebagaimana layaknya anak yang sedang marah kepada temannya.
Oleh karena itu dalam konteks pendidikan, untuk membimbing anak ke arahbudi pekerti yang baik dan halus akan sangat mudah dilakukan dengan senantiasa menggugah perasaan indahnya, baik itu melalui mata pelajaran kesenian, maupun lingkungan yang hijau dan asri.
Sekarang masalahnya bagaimanakah cara yang baik untuk menerapkan pembelajaran dalam hal “menggambar sederhana” ini. Atau dengan kata lain metode apakah yang tepat untuk diterapkan dalam proses pembelajaran ini ? Salah satu metode atau teknik yang tepat adalah metode penerapan praktek dan latihan.
Sebagaimana diketahui bahwa dalam belajar tipe ketrampilan (dalam hal ini keterampilan menggambar), peningkatan kemampuan hasil belajar dapat dicapai melalui latihan dan praktek. Latihan biasanya berlangsung dengan cara mengulang-ulang suatu hal sehingga terbentuk kemampuan yang diharapkan: sedangkan praktek biasanya dilakukan suatu kegiatan dalam situasi yang sebenarnya, sehingga memberi pengalaman belajar yang bersifat langsung.
Bentuk belajar verbal seperti mempelajari bahasa, dan bentuk ketrampilan seperti belajar olah raga atau pendidikan ketrampilan vokasional memerlukan bentuk-bentuk kecakapan yang dapat dipertunjukkan dalam kondisi yang sebenarnya. Keacakapan demikian dapat dicapai melalui latihan atau praktek sehingga kecakapan yang diharapkan dimiliki siswa dapat benar-benar dimiliki.
Latihan dan praktek dapat dilaksanakan secara perseorangan, secara kelompok, atau secara klasikal. Menentukan apakah latihan yang dilaksanakan bersifat perseorangan, kelompok ataukah klasikal, didasarkan atas memadainya sarana dan prasarana yang tersedia. Namun demikian, makin sedikit jumlah yang ditangani dalam praktek dan latihan, makin memperoleh hasil yang lebih baik.
Langkah-langkah dalam melaksanakan latihan dan praktek baik untuk belajar verbal mapun belajar ketrampilan adalah sebagai berikut :
a.Guru memberi penjelasan singkat tentang konsep, prinsip atau aturan yang menjadi dasar dalam melaksanakan pekerjaan yang akan dilatihkan.
b.Guru mempertunjukkan bagaimana melakukan pekerjaan itu dengan baik dan benar sesuai dengan konsep dan aturan tertentu. Pada bentuk belajar verbal yang dipertunjukkan adalah pengucapan atau penulisan kata atau kalimat.
c.Bila belajar dilakukan secara kelompok atau klasikal, guru dapat meminta salah seorang siswa untuk menirukan apa yang telah dilakukan guru, sementara siswa lain memperhatikan.
d.Latihan perseorangan dapat dilakukan melalui bimbingan dari guru sehingga dicapai kemampuan hasil belajar sesuai dengan tujuan.
Pelaksanaan latihan dan praktek akan lebih mencapai keefektifan, bila dibantu dengan alat-alat yang sesuai dengan kebutuhan. Alat tersebut dapat berbentuk alat-alat sederhana, atau alat simulasi yang canggih seperti dijelaskan di atas. Satu hal yang tidak boleh diabaikan adalah bimbingan guru dalam latihan maupun praktek.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H