Komunikasi diartikan sebagai sebuah proses penyampaian pesan dan informasi dari satu pihak kepada pihak lain, baik secara lisan, tulisan, maupun gerak tubuh. Komunikasi merupakan kegiatan yang penting bagi manusia sebagai makhluk sosial. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar manusia mampu memahami dan mengerti perasaan dan maksud antar satu sama lain, sehingga tercipta adanya keharmonisan dan kehidupan sosial antar individu (Hariyanto, 2021). Dalam kehidupan sosial, setiap individu saling berbagi informasi untuk mencapai tujuan bersama. Dengan kata lain, kegiatan komunikatif bertujuan untuk mengubah atau membentuk perilaku seseorang menjadi tujuan komunikasi
Komunikasi mencakup segala kegiatan pertukaran informasi, pesan, pikiran, dan ekspresi yang terjadi tanpa memandang jumlah dan batasan partisipannya. Dalam komunikasi yang dilakukan antara satu pihak dengan pihak lain yang memiliki intensitas dan populasi yang ramai, atau dengan masyarakat dan khalayak, komunikasi ini akrab dikenal sebagai komunikasi massa (Hariyanto, 2021). Komunikasi massa adalah wujud dari revolusi komunikasi di sepanjang lini sejarah kehidupan manusia sebagai makhluk sosial.
Komunikasi massa pada perkembangannya, menggunakan media massa untuk menjangkau khalayak dan intensitas masyarakat yang lebih tinggi. Seiring perkembangan teknologi, media massa turut mengalami kemajuan, efektivitas, dan efisiensi yang lebih tinggi sehingga mampu menjadi sebuah saluran komunikasi utama yang mampu menjadi jembatan penghubung antar orang banyak dalam proses komunikasi. Televisi menjadi salah satu media massa yang merupakan manifestasi perkembangan teknologi komunikasi (Unde, 2015). Televisi memiliki kemampuan menyampaikan informasi secara audio sekaligus visual, sehingga digandrungi di kalangan masyarakat.
Salah satu tayangan televisi yang banyak menyita perhatian publik adalah Sidik Jari yang merupakan tayangan stasiun TVOne. Program ini merupakan program berita yang berfokus pada kriminalitas dan tindakan pidana yang tergolong berat, dan dikemas dalam bentuk informasi singkat dan padat. Artikel ini ditulis dengan tujuan memahami isi dan pengaruh tayangan Sidik Jari berkaitan dengan teori komunikasi massa yang sesuai.
Selama lima hari tayangan berlangsung, pada tanggal 15-20 November 2021, didapati bahwa tayangan mengandung unsur berita yang kental. Berita-berita tersebut umumnya merujuk pada kasus kriminal seperti pelecehan seksual, pencurian, pembunuhan, penyelundupan narkoba, dan kasus kriminal lainnya. Berbagai rangkaian peristiwa yang dikemas sedemikian rupa kerap kali diimbangi dengan konsekuensi yang dihadapi pelaku. Tayangan Sidik Jari tidak secara parsial membingkai berita tersebut, melainkan juga memberitakan konsekuensi hukum yang dihadapi pelaku atas perbuatannya.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa tayangan Sidik Jari sejalan dengan teori Agenda Setting dan Stimulus Respon. Kedua teori ini merupakan teori komunikasi yang akrab dijumpai dalam model komunikasi massa. Adapun keterkaitan keduanya didapati berdasarkan analisis singkat penulis. Teori Stimulus Respons atau umum dikenal sebagai teori rangsangan-reaksi. Teori ini berpandangan bahwa komunikasi merupakan proses aksi komunikasi. Teori ini percaya bahwa setiap bentuk komunikasi, meliputi kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu.
Apabila dihubungkan dalam konteks tayangan Sidik Jari, maka akan dengan mudah didapati bahwa tayangan ini memberikan berbagai suguhan tindak pidana kriminal yang cukup membuat penonton bergidik ngeri. Reaksi penonton yang demikian akan diikuti dengan keengganan dari penonton untuk mengikuti jejak sang pelaku, ataupun menjadi korban pada peristiwa serupa. Respons ini ditunjukkan dengan peningkatan kehati-hatian, hingga kecurigaan yang timbul pada diri penonton dalam hal prevensi tindakan serupa terjadi kepadanya.
Selain teori rangsangan dan reaksi, tayangan Sidik Jari turut serta membawa teori Agenda Setting. Teori ini memiliki khas dalam menciptakan public awareness (kesadaran masyarakat) terhadap sebuah isu yang dianggap paling penting untuk dilihat, didengar, dibaca, dan dipercaya di media massa. Hal ini menjadikan teori ini berkaitan erat dengan kekuasaan dan keperkasaan media terhadap persepsi dan opini publik terhadap suatu isu (Romli, 2017).
Meski demikian, kekuatan media ini bukan menjadi ajang bagi media dalam mengendalikan isu publik semaunya. Justru, kekuatan ini dijadikan sebagai perwujudan peran media dalam kehidupan masyarakat sosial, sebagai sebuah saluran yang meningkatkan kesadaran publik pada isu yang penting untuk diketahui bersama.
Apabila merujuk pada konteks program Sidik Jari, program ini memiliki tujuan utama, yakni memberitakan tindakan kriminal yang terjadi, sebagai pembelajaran bersama bahwa kejahatan tidak mengenal dan memandang bulu sama sekali. Hal ini kemudian menjadi semacam pengingat kesadaran publik untuk senantiasa berhati-hati dalam kehidupan sehari-hari.
Tayangan Sidik Jari merupakan tayangan yang patut untuk lebih banyak mendapat perhatian. Topik mengenai kriminalitas yang dilakukan oleh masyarakat umum dan awam menjadikan sebagai pembangkit kesadaran publik untuk senantiasa menjaga diri dan menghindari perilaku kejahatan serupa sehingga tidak berhadapan pada konsekuensi yang ditimbulkannya. Teori Stimulus Respons dan Agenda Setting kental terasa pada penayangan siaran ini.