Lihat ke Halaman Asli

Rushans Novaly

TERVERIFIKASI

Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Menembus Eropa dalam 11 Hari

Diperbarui: 20 November 2016   07:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Arc de Triumpee diambil dari salah satu sudut kota (foto : Rahmat Edi)

Dalam hidup saya hingga tulisan ini dibuat, inilah perjalanan yang paling seru bagi saya dan keluarga. Bayangkan, menembus benua biru yang eksotis. Seperti mimpi saja. Saya perlu 3 menit memastikan saya benar benar akan ke Eropa.

Awalnya, undangan konferensi Internasional di Paris yang diadakan sebuah NGO kesohor didunia. Saya diminta (tepatnya : diwajibkan) menjadi wakil lembaga tempat saya bekerja. Gilanya, saya harus berangkat sendirian. Entah karena bugdet kantor yang terbatas atau memang undangannya hanya untuk satu orang. Selidik punya selidik, alasan kedua yang benar.

Berangkat sendirian ke Paris membuat saya sedih. Biasanya kantor bila mengirim orang ke luar negeri tidak pernah sendirian , kadang berdua malah kadang bisa sampai berlima. Ini kok tega, ya. Saya sempat mengeluhkan juga kenapa saya hanya sendirian berangkat ke Paris. Lagi pula biasanya kantor mengirim orang paling jauh ke negara negara ASEAN.  Eh, pernah juga sih ke beberapa negara Timur Tengah.

Nah, rupanya kantor punya rencana untuk saya. Memang dalam dua minggu ini bos saya bolak balik bertanya tentang istri dan anak anak saya. Dari  bertanya tentang pekerjaan istri, umur anak anak, sekolah dimana hingga menanyakan riwayat penyakit segala. Wah pokoknya bertanya cukup detail. Saya sempat curiga juga, kok si bos tumben tumbenan bertanya masalah keluarga.

Rupanya kantor punya rencana untuk memberikan hadiah jalan jalan ke Eropa kepada saya dan keluarga. Momennya tepat karena ada konfrensi yang harus dihadiri. Jadi sebagian masih berbau kerja sebagiannya liburan. Konferensinya sendiri hanya tiga hari . Namun kantor memberikan waktu hingga 11 hari . Jadi ada 8 hari waktu untuk jalan jalan mengunjungi negara negara Eropa . Wih keren...

Asyiknya saya boleh memilih apakah akan menggunakan jasa agen travel atau bebas menentukan sendiri alias bergaya seperti backpaker.  Setelah menimbang dan berkonsultasi dengan istri tercinta maka diputuskan menentukan sendiri perjalanan wisata alias tidak menggunakan agen travel. Pilihan nekat ini karena  saya, istri dan anak saya punya  tujuan kota berbeda. Selain itu dengan tidak mengikuti agen travel , saya bisa mengatur kemana akan berwisata dan bisa bersantai tanpa terburu buru mengikuti skedul yang sudah ditetapkan si agen wisata. Tapi kelemahanya, kita bisa tersesat dinegeri orang bila tak pandai menggunakan peta.

Saya sendiri lebih suka wisata kota dan wisata sejarah. Mendokumentasikan dengan kamera atau membuat video. Istri saya lebih suka berwisata belanja, berburu barang unik dan wisata alam. Nah si sulung , putri saya ingin mengunjungi Amsterdam , melihat kanal dan mencari sejarah Belanda ketika menjajah Indonesia selama 3,5 abad.  Sedang si bungsu, yang masih duduk di bangku kelas 5 SD ingin melihat Menara Eiffel.  Karena itulah agen travel kami tolak dengan halus.

Menara Eiffel diambil di senja hari menjelang malam (foto : Rahmat Edi)

My Wife , The Best Manager Traveling

Peran istri saya memang luar biasa. Sebagai pendamping setia , istri saya bisa membaca jalan pikiran saya dengan baik. Perjalanan ke Eropa pastinya butuh biaya yang luar biasa. Apalagi kami berempat. Kebayang dong budget yang harus kami siapkan. Walau kantor mendukung secara finansial tak lantas saya dan istri berfoya foya. Anggaran yang diberikan kantor juga terbatas.

Saya dan istri berpikir dengan budget yang ada kami bisa mengunjungi tempat yang kami inginkan. Kami memutuskan hanya mengunjungi dua negara saja. Prancis dan  Belanda. Walau kami menggunakan Visa Schengen yang berlaku di 26 negara Eropa minus Inggris dan Scotlandia.

Dua  negara di Eropa yang kami kunjungi ini memang telah kami pelajari dengan baik. saya juga merencanakan dengan baik itinerarykarena akan berpengaruh dengan persyaratan pengajuan visa schengendan yang pasti budgetyang saya miliki. Istri saya mengatur semuanya dengan teliti.Itulah perlunya seorang wanita disamping kita. Iya kan ?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline