Sebuah Kisah Masa Kecil
Siang itu pecah oleh teriakan orang orang yang panik, orang orang berlarian membawa barang berharga yang ada dirumah masih masing. Kepulan asap membumbung dari salah satu rumah yang berada di deretan paling pojok. Kebakaran, teriak orang sahut menyahut. Tak karuan. Keadaan tak terkendali .Chaos.
Saya baru pulang sekolah ketika itu. Menyaksikan kebakaran yang mulai membesar. Suara orang berteriak, suara api yang membakar rumah, suara orang lalu lalang yang bergegas . Saya hanya terpaku. Heran, takut dan ingin tahu.
Saya pun menyelinap mendekati sumber kebakaran. Melewati orang yang berlarian menggotong barang yang masih bisa diselamatkan. Beberapa lelaki dewasa sibuk menyiram api dengan alat seadanya. Ember, baskom, gayung hingga tong plastik entah dari mana sudah bergelimpangan. Dengan sumber air yang berasal dari pompa tangan manual , kecepatan menyiram api dengan api merembet jauh dari sepadan. Api terus membakar rumah yang ada disampingnya.
Saya ikut membantu menyiram api , membawa air dari dapur seorang rumah lalu memberikan ke orang yang akan menyiram ke arah rumah yang terbakar. Bahu membahu, walau hasilnya hampir tak banyak membantu . Karena api terus saja membesar. Malah salah seorang lelaki jatuh dari tangga dan mengalami luka di tangan dan kakinya. Saya jadi ciut. Apalagi saya baru sadar kalau saya berada hanya lima meter dari api . Panas luar biasa.
Sementara untuk menjauh terhalang oleh kerumunan orang yang menyemut di gang sempit yang lebarnya hanya satu setengah meter. Saya tak bisa mundur walau saya sudah berusaha menerjang orang yang berdiri . Hampir saja saya terjatuh karena ada seorang lelaki menyeret selang pemadam kebakaran sambil berlari. Keadaan sudah membahayakan untuk saya , karena petugas pemadam yang datang langsung menyemprotkan air bertekanan tinggi. Air dari selang pemadam muncrat tak beraturan karena warga berebut ingin menyiramkan air .
Muka saya tersemprot hingga akhirnya saya terjatuh , beruntung ada dua orang lelaki berseragam dengan lambang palang merah membawa saya keluar dari gang sempit. Saya dibawa ke posko darurat , didudukkan lalu diberi minum air putih . saya diperiksa apakah ada bagian tubuh saya yang terluka atau mengalami patah tulang. Beruntung saya hanya luka ringan dan tak perlu dirujuk ke rumah sakit. Walau begitu saya didata , dan diantar pulang ke rumah .
Karena saya dianggap masih terlalu kecil untuk membantu kebakaran. Kejadian itu Tak membuat saya kapok. Beberapa kali saya juga masih terlibat membantu menyiram api. Ada perasaan senang ikut berjibaku ketika musibah kebakaran datang.
Berkenalan Dengan PMI
Kejadian kebakaran itu mengenalkan saya pada sosok sosok pemuda pemudi yang sibuk membantu ketika musibah datang. Mereka datang membawa mobil ambulan, tenda, perlengkapan dapur umum, obat obatan hingga petugas medis.
Posko kesehatan dan dapur umum menjadi hal yang sering saya saksikan. PMI selalu datang tepat waktu. Tempat saya tinggal ketika itu memang wilayah padat . Bila musim kemarau sering kali terjadi kebakaran. Penyebabnya, bisa dari kelalaian manusia seperti kompor meledug, lilin yang terjatuh, obat nyamuk bakar hingga korsleting listrik.