Setahun sudah, saya menikmati menjadi guru di depan kelas. Bukan seperti sekolah kebanyakan. Sekolah ini unik, karena ‘nekat’ menyelenggarakan pendidikan secara ‘boarding’ tanpa memungut biaya.
Gurunya pun luar biasa, rela mengajar tanpa dibayar. Untuk keperluaan mengajar seperti membeli buku text dan segala keperluan mengajar, dibeli dari kantong sendiri. Datang ke sekolah dengan biaya pribadi, tapi itu semua tak mengurangi semangat untuk terus mendidik.
Saat ini saya masih mengajar. Pelajaran yang saya berikan Bahasa Indonesia sesuai dengan kemampuan saya sebagai blogger yang senantiasa dekat dengan dunia tulis menulis . Memainkan kata kata, memodifikasi kalimat, memainkan frasa, menggunakan majas. Membuat paragraf induksi, diskripsi, eksposisi . Meresensi buku atau mereview adalah bagian keseharian yang biasa saya kerjakan.
Hampir seluruh yang saya miliki dan saya ketahui tentang dunia tulis menulis saya ajarkan. Berbagai teori menulis saja jabarkan, bahkan beberapa rahasia menulis yang biasanya saya simpan tetap saya beritahu kepada murid murid saya.
Awalnya, minat menulis murid-murid saya masih rendah. Sekarang , ada beberapa murid yang sudah bisa menulis dengan teknik yang lebih baik. Saya juga merangsang minat menulis dengan mengadakan lomba menulis, mirip flash blogging atau blog competition. Atmosfir kompetisi mujarab menaikkan tensi semangat menulis murid-murid saya. Tiap lomba, ada beberapa orang yang berhasil memborong hadiah.
Jadi setiap ada materi ajar, saya akan lakukan praktek. Langsung dengan lomba berhadiah. Hadiahnya semua goodie bag yang saya dapat. Saya juga mendapat sumbangan goodie bag dari mas Agung Han yang jumlahnya cukup banyak . Jadi stok hadiah aman terkendali.
Selain mempelajari teknik menulis, saya mengenalkan perlunya gemar membaca buku. Karena menulis dan membaca adalah satu paket yang saling menguatkan. Pada awal pelajaran biasanya saya meminta setiap murid memilih satu buku dari perpustakaan untuk dibaca. Setelah itu, setiap murid harus menceritakan kembali isi buku. Kadang tertulis kadang lisan.
Sekolah Kehidupan sebuah Konsep Semesta
Sekolah tempat saya mengajar memang bukan seperti sekolah biasa. Muridnya berasal dari keluarga tidak mampu, anak yatim atau piatu, anak yang tidak beruntung karena perceraian. Sekolah berasrama ini memang memiliki pelajaran tambahan lainnya.
Ada pelajaran pertanian dan peternakan. Guru yang mengajarkan seorang pemuda tani yang telah mendapatkan pelatihan dari Negeri Jepang . Walau sekolah hanya memiliki lahan sempit, semua murid mendapatkan pelajaran bagaimana mengolah tanah, melakukan pembibitan, pemupukan, menghindari serangan hama dengan teknik organik.
Ilmu pertanian yang diajarkan adalah jenis tanaman hortikultura, tanaman sayur mayur seperti kangkung, bayam , cabe dan beberapa tanaman sayur dengan umur pendek, biasanya kurang dari 30 hari.