Lihat ke Halaman Asli

Rushans Novaly

TERVERIFIKASI

Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Berempatilah, Jangan Pamer Kekayaan

Diperbarui: 3 Maret 2016   14:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi - pamer harta kekayaan (Shutterstock)"][/caption]Sore itu (02/03) , sepulang saya berkeliling mengunjungi para petani binaan, untuk mendinginkan badan dan bersiap untuk mandi sore secara tak sengaja saya menonton sebuah tayangan di salah satu TV swasta nasional. Dalam tayangan itu (yang menurut saya sudah keterlaluan) ditampilkan dua orang host yang sedang (=seolah-olah) menunggu seorang bintang tamu.

Seperti biasa, penonton (biasanya disebut penonton bayaran) membentuk formasi mengelilingi. Dengan guyonan yang memancing kelucuan, suasana terlihat happy. Tawa terdengar ramai dari penonton. Walau terlihat agak diatur (mungkin oleh pengarah lapangan). Tak lama, muncullah sebuah mobil MPV mewah berwarna putih (mobil yang tak dimiliki orang kaya ‘biasa’ karena harganya di atas satu miliar ). Mulailah dua host ini menerka-nerka siapa yang datang. Penonton pun diajak ikut menebak siapa bintang tamu yang datang tersebut.

Dalam adegan ini, penonton di rumah mulai diajak ikut "kepo" siapa orang yang datang mengendarai mobil mewah tersebut. Host terus memprovokasi penonton untuk menebak siapa orang tersebut, walau ada upaya untuk mengarahkan nama seorang artis yang juga host papan atas yang baru pulang liburan dari Eropa. Seorang artis laki laki yang laris jadi host.

Setelah ditunggu beberapa saat, pintu mobil terbuka. Tampak seorang artis wanita, istri seorang musisi yang saat ini menjadi anggota DPR RI. Wanita ini tidak sendiri, tetapi membawa juga sang anak yang masih berusia satu tahun. Tentu ada babysitter yang juga dibawa. Sampai adegan ini mulai terasa tayangan ini memamerkan kekayaan sang artis yang tentu punya penghasilan ratusan hingga miliaran rupiah dalam satu bulan. Belum lagi penghasilan sang suami yang kini menjadi anggota DPR RI. 

Sang artis wanita membawa satu tas anak bermotif warna biru. Kembali host yang memang kepo ini mencoba menerka isi tas. Terasa sekali upaya memamerkan barang yang dimiliki si anak artis tersebut. Setelah dibuka, tas tersebut berisi perlengkapan si anak artis. Ada beberapa pasang sepatu anak. Host dengan agak lebay itu memberitahukan penonton bila harga sepasang sepatu anak si artis seharga sebuah sepeda motor baru.

Saya tersenyum kecut, entah apa yang ada dalam pikiran host tersebut. Dengan gaya yang begitu mengagung-agungkan barang milik si bintang tamu. Malah ada frasa menyebut harga barang tersebut seolah-olah, bila artis kaya dengan duit yang luar biasa banyak, tak ada masalah untuk membeli barang dengan harga selangit. Ya, itu kan hak pribadi seseorang. Tapi mengumbar harga barang mewah yang tak mungkin dimiliki orang kebanyakan adalah tindakan tidak wajar, apalagi di sebuah tayangan yang bisa ditonton siapa saja.

Adegan setelah itu berlanjut lagi, sebuah sedan mewah juga berwarna putih memasuki area acara. Suasana berubah gaduh. Semua penonton seperti keranjingan. Host-nya apalagi. Kali ini semua penonton menyebut nama seorang artis yang mereka elu-elukan. Artis ini bersama keluarga besarnya baru saja liburan mengunjungi lima negara Eropa. Tentu penonton dan host acara mengharap oleh-oleh yang dibawa sang artis.

Lagi-lagi host yang lebay ini memberikan kata kata yang tidak bijak. “Lha iyalah mobil orang kaya emang kacanya gelap,“ sambil mengintip kaca mobil. Suasana benar-benar gaduh. Penonton mungkin sudah tidak sabar lagi siapa artis di dalam mobil mewah tersebut. Host pun meminta para penonton untuk melempari si artis ketika nanti keluar dari dalam mobilnya. Tentu adegan ini sudah di-setting. Karena tak beberapa lama, penonton benar-benar melempari sang artis yang keluar dari dalam sedan mewahnya.

Lalu entah sadar atau tidak sang artis dengan entengnya bilang, “Masa gue baru pulang dari Eropa dibeginiin (dikerjai), waduh bisa kotor mobil gue nih,” dengan gestur badan yang menunjukan posisi “angkuh”.

Tayangan Kontras

Apa yang saya saksikan sangat kontras dengan apa yang baru saya dapatkan ketika mengunjungi petani di pelosok Kabupaten Tangerang. Rumah-rumah sederhana, suasana prihatin, kehidupan yang nyaris tenggelam oleh ekonomi yang melambat. Petani yang harus terbakar di tengah terik matahari dan kotor oleh lumpur tanah demi mengais rejeki untuk anak istrinya di rumah. Petani yang hanya menggarap tanah sebuah perusahaan yang kebetulan belum dipakai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline