Lihat ke Halaman Asli

Rushans Novaly

TERVERIFIKASI

Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Siapa Bilang Anak Pesantren Ga Bisa Nge-punk

Diperbarui: 18 Juni 2015   00:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14108693841287947254

Apa yang terbayang dari penampilan anak pesantren ? Baju koko, peci, sarung .Menenteng kitab tebal atau buku buku agama yang nampak formal. Yup, memang seperti itulah penampilan mereka sehari hari. Hidup didalam asrama dengan jadwal yang ketat . Disiplin dan semua serba dilakukan mandiri. Anak pesantren memang dididik dan dibiasakan dalam kondisi yang teratur. Jangan coba coba melanggar bila tak ingin kena sangsi hukuman.

[caption id="attachment_324297" align="aligncenter" width="398" caption="doc: pri"][/caption]

Namun sore itu ada penampilan yang sangat berbeda. Puluhan anak pesantren sedang manari bebas. Bukan saja gaya tariannya yang sangat bebas , lihat penampilan pakaian mereka yang berwarna warni, rambut di cat putih, Lagu pengiringnya juga ga kalah heboh. Lagu lagu barat yang sedang trend. Suasana begitu meriah, wajah mereka bahagia, bebas se-bebasnya. Kreasi tarian mereka juga menarik. Gaya anak muda yang biasa keluar masuk diskotik. Tak ada rasa canggung. Semua peserta larut dalam gaya yang sama.

Pesantren Wajah Baru

Pesantren yang diidentikan sebagai tempat keras, penuh dogma, penuh semangat perlawanan. Hingga disinyalir sebagi tempat membenih para teroris terhapus sudah sore itu. Pesantren yang sering dicurigai sebagai tempat fundamentalis radikal nampaknya juga tak terbukti sore itu.

Yang ada sekelompok anak remaja yang sedang happy merayakan kebebasan seni, meng-aplikasikan makna kebebasan dalam bingkai kreatifitas. Yel yel mereka sangat menarik dan diluar dugaan orang awam, Rupanya disini diajarkan makna kebebasan berekspresi. Mana ekspresinya ???

[caption id="attachment_324298" align="aligncenter" width="452" caption="doc:pri"]

1410870371123421656

[/caption]

Festival Seni

Sore itu adalah final pemilihan kelompok terbaik dalam festival seni tahunan. Tiap tingkat kelas ada perwakilan. ada enam kelompok . Rupanya penampilan mereka yang nampak "urakan" itu sedang berlomba dalam sebuah festival seni.

Festival itu berakhir menjelang adzan maghrib. Loncel penanda waktu sudah berbunyi . Festival berakhir, para santri kembali ke tempat masing masing. Membersihkan diri lalu kembali mengenakan bajo koko, peci dan sarung.

Kali ini tujuan mereka adalah masjid...begitulah. Bebas se-bebasnya lalu kembali teratur dan patuh pada aturan pesantren.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline