[caption id="attachment_367206" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi penderita alzheimer (Shutterstock)"][/caption]
Tulisan ini penulis dedikasikan kepada siapa pun yang telah mau berkoban dalam merawat orang yang terkena alzaimer. Sebuah kisah nyata yang penulis rasakan selama tiga hari berturut-turut melihat secara langsung penderita alzaimer.
Mungkin bila kita melihat secara langsung penderita alzaimer yang biasa kita sebut pikun ini sungguh sebuah drama yang menyedihkan. Bagaimana tidak si penderita akhirnya harus dikurung, dikunci dalam kamar atau rumah seperti memenjarakan orang di dalam sel tahanan. Si keluarga penderita melakukan itu agar orang yang mereka kasihi itu tidak pergi keluar dan hilang tak pernah kembali lagi.
Ini penulis lihat selama tiga hari berturut-turut. Bagaimana kelakukan si penderita yang sudah sepuh itu bertindak layaknya anak kecil. Tingkahnya kadang membuat suasana jadi kacau, si penderita selalu memaksakan apa yang ada di pikirannya. Bila ia ingin sesuatu maka ia akan terus mengulangi permintaannya berkali-kali. Kadang dengan emosi yang tidak terkontrol. Tentu hal ini bisa membuat orang di sekitarnya bisa ikut-ikutan emosi.
Lelaki tua ini adalah ayah dari teman penulis. Umurnya 75 tahun. Dulu ia adalah seorang kontraktor yang cukup sukses. Hidupnya berkecukupan dan anak-anaknya bisa bersekolah hingga jenjang perguruan tinggi. Penyakit alzheimer yang dideritanya beberapa tahun yang lalu merenggut semua kebahagian dirinya dan juga orang sekelilingnya. Lelaki tua itu banyak kehilangan memori ingatannya. Ia akan selalu lupa apa yang baru saja ia kerjakan. Sebagai contoh, ia akan makan terus nambah dan nambah lagi seperti tak pernah kenyang karena ia lupa sudah makan sebelumnya, ia juga selalu bertanya tentang hari dan jam berulang-ulang walau sudah diberitahukan dan dijelaskan.
Teman penulis akhirnya melakukan pengawasan yang cukup ketat terhadap ayahnya ini. Rumah yang ia tempati ia bagi dua agar sang ayah tidak mengganggu kehidupan keluarganya yang baru dikaruniai dua orang anak. Seluruh akses pintu selalu terkunci rapat. Sang ayah tak diizinkan keluar rumah sendirian walau setiap hari ia selalu minta untuk keluar rumah. Maka setiap pagi dan sore hari, teman penulis selalu mengajak ayahnya berputar-putar menggunakan sepeda motor mengelilingi kompleks perumahan. Dan itulah hiburan satu-satunya bagi lelaki tua itu.
Melihat perlakuan teman penulis tersebut, definisi berbakti kepada orang tua bisa menjadi berbeda dalam kondisi tersebut. Orang yang tidak mengerti akan keadaan teman penulis tersebut bisa memberikan penilaian negatif. Tindakannya mengunci ayahnya yang telah renta itu dan sikapnya yang terasa keras dan tidak berkompromi itu membuat penulis awalnya juga menilai negatif tindakan teman penulis ini. Tapi seiring waktu dan ketika kondisi yang ia hadapi setiap hari penulis bisa memaklumi sikapnya terhadap lelaki tua yang notabene adalah ayah kandungnya.
Kehidupan rumah tangganya juga nampak tak seperti keluarga kebanyakan. Ketenangan rumah tangga mereka sering kali terganggu dengan sikap dan kelakuan lelaki tua itu yang sering berteriak memanggil teman penulis. Maka teman penulis ini tak bisa berkarier dan mempunyai pekerjaan normal seperti orang lainnya. Teman penulis ini tak pernah meninggalkan rumah dalam jangka lama. Maka ia mengerjakan segalanya dari dalam rumahnya. Teman penulis ini kebetulan seorang ahli IT. kesulitan hidupnya itu ia jalani dengan ikhlas, ia sadar keadaan yang ia hadapi saat ini bisa saja akan menimpa dirinya kelak dua puluh atau tiga puluh tahun yang akan datang. Resiko terkena Alzaimer disertai demensia jauh lebih tinggi bila ada keturunan yang juga mengidapnya.
Apa yang disebur Alzaimer
Secara singkat alzaimer adalah sebuah sindrom dengan apoptosis pada sel-sel syaraf otak pada saat bersamaan. Ini membuat otak mengerut dan mengecil. Penderita penyakit ini biasanya berusia 65 tahun ke atas. Dan angka penderita alzaimer ini cenderung terus meningkat pada masa yang akan datang. Ini berkaitan dengan angka harapan hidup yang semakin tinggi. Baca selengkapnya
Penulis mengisahkan cerita ini karena ternyata banyak orang tua yang terkena penyakit ini dan tidak mendapatkan perlakuan yang layak. Sering kali penulis melihat pengumuman tertempel mencari anggota keluargannya yang hilang. Dan itu karena penyakit alzaimer alias pikun.