Pagi ini rumah saya yang mungil tapi teduh dan menyenangkan agak terusik oleh kedatangan seekor kucing yang nampaknya masih kanak kanak , mungkin menjelang remaja. Anak dan Istri saya yang agak phobia dengan binatang lucu ini mendadak sangat terganggu, Apalagi anak bungsu saya sampai lari ketakutan dan mengunci pintu kamarnya. Saya kok jadi heran sendiri melihat anak kucing kayak melihat hantu sundel bolong.
Karena rumah menjadi gaduh, terjadi instabilitas kenyamanan di dalam tata kelola rumah tangga,,halahh ngomong apa ini , saya pun akhirnya mengalah untuk memindahkan kucing dari dalam rumah ke sekitaran kompleks. Keadaan rumah tenang sejenak karena si anak kucing sudah berada di luar rumah. Tapi sianak kucing ternyata kembali masuk ke dalam rumah malah sempat BAK di Wc rumah. Istri saya kembali meminta saya mengeluarkan kucing dari dalam rumah. Saya sebagai pecinta binatang tentu harus menyelamatkan hewan mungil ini. Lepas dari kekurang sukaan istri dan anak bungsu saya. Saya akahirnya membawa kucing ini ke rumah tetangga yang suka memelihara kucing. Sitetangga yang sudah punya puluhan kucing ternyata agak berkeberatan. berhubung anak kucing ini punya tampilan yang agak kotor dan kurang menarik. Apalagi bila dibanding kucing peliharaannya yang terawat dan bersih.
Saya agak bingung juga pagi ini. Satu sisi , anak bungsu saya ketakutan hingga mengunci diri didalam kamar. Tapi kasihan melihat keadaan anak kucing tersebut. Bila sianak kucing masih ada didalam rumah , maka anak saya tak akan mau keluar kamarnya. Walau sudah saya bujuk rayu dengan hadiah gadget premium , atau paket wisata liburan ke bali atau ke Yogya , anak bungsu saya tetap menolak. Ia benar benar phobia berat rupanya. Sebuah dilema yang sulit pagi ini. Saya jadi teringat dilema pak jokowi untuk memilih menteri dalam kabinetnya.
Saya coba bernegosiasi dan berkompromi dengan anak kucing itu agar mau mencari tempat lain berhubung anak bungsu saya ketakutan dan tak mau keluar dari kamarnya. Negosiasi ini menggunakan penerjemah kucing yang saya yakini bisa menerjemahkan bahasa kucing secara fasih, kata per kata. Hasil negosiasi ini akhirnya menyepakati jumlah menteri adalah 34 dengan 4 menko. Selain itu nama nama meteri ini wajib bersih dari korupsi. Makanya nama menteri di uji oleh pihak KPK dan PPATK . Maaf jadi kagak nyambung , penerjamah yang saya sewa agak koplak rupanya.
Setelah negosiasi yang cukup alot dan melelahkan karena saya harus bolak balik mengulang kalimat yang saya sudah ucapkan. Masalah komunikasi ini nyangkut pada para elite politik yang menyediakan nama menteri yang ternyata banyak bermasalah, hingga warna dari KPK berwarna warni. Ada yang terindikasi bermasalah secara integritas. Pak Jokowi akhirnya harus merombak nama lagi. Maaf ga nyambung lagi nih..tak putar dulu chanel penerjemahnya.
Anak kucing yang masih berada di dalam rumah dan penerjemah kucing yang saya sewa akhirnya menyetujui agar ditunda saja pemgumuman nama susunan kabinet mengingat ada hal lain yang masih perlu dibahas. Kerja cepat harus juga mengimbangi dengan kerja cerdas, betul ? kata tetangga saya yang saya kurang percayai, lebih baik menunda satu minggu tapi tidak kecewa selama 5 tahun. Saya jelas tak percaya stetmen tetangga saya ini berhubung ia selalu menunda pembayaran hutangnya sebesar 200 ribu sampai jangka waktu tak berbatas .
Istri dan anak bungsu saya yang tak ingin ikut campur tangan dalam urusan negosiasi dengan anak kucing hanya menunggu saja , sebagai rakyat jelata dan rakyat melata tentu tak bisa berbuat banyak selain menunggu saja pak jokowi mengumumkan susunan kabinetnya. Lha wong harga cabe juga tidak dipengaruhi oleh terpilihnya mentri pertanian yang bakal ganti nama dengan menteri ketahanan pangan. Apalagi menteri pendidikan yang juga akan berganti nama dengan.....(saya lupa namanya ) juga tak akan mempengaruhi kualitas pendidikan di tingkat sekolah. Kecuali semua kepala sekolah dan gurunya diganti. Pemimpin di Indonesia sering tak menyentuh akar rumput dan akar masalah. Ngambang . Keputusan dan arah kebijakan sering tereliminasi oleh tingkah aparat dibawahnya yang tak menjalankan tupoksi kerjanya. Bolehlah di survey dan diadakan penelitian mengenai hal ini....kalau kalian segenap bangsa ini tak percaya...Hayo...Kebijakan dan sasaran pembangunan layaknya dongeng menjelang tidur belaka tak menyentuh rakyat...Hayo dibantah...monggo.
Akhirnya dengan susah payah, penerjemah kucing yang saya sewa cukup mahal ini berhasil membujuk sianak kucing untuk eksodus menuju rumah tetangga depan. Tanpa kekerasan dan tanpa mematikan perasaan selayaknya pemimpin bangsa ini dapat memindai apa yang dibutuhkan rakyat jelata dan rakyat melata. Lalu mengawasi dan mengevaluasi apakah benar rakyat merasakan dan dapat mendapat keberkahan dari program pemerintah yang notabene adalah dipilih oleh jari jari rakyatnya sendiri. Hayo siapa yang berkhianat akan kualat dengan jerawat segede tomat yang tumbuh diatas jidat, awas jangan kumat kalo ga mau disunat.
Salam kompasiana, selamat weekend,Adiyasa 25/10/2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H