Suasana siang di aula luar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Surakarta, jum'at (10/1) terasa berbeda. Nampak ratusan siswa berpakaian pramuka duduk rapi di lantai lapangan badminton. Wajah mereka terlihat serius mendengarkan pemaparan materi. Tak jarang kepala mereka mengangguk-angguk ketika mendapat informasi yang belum mereka dapat sebelumnya. Sesekali mereka tertawa lepas ketika menyimak penjelasan pemateri.
Inilah suasana yang terlihat saat kegiatan Sarasehan Media "Bahaya Gadget Bagi Remaja" yang diadakan oleh Dewan Ambalan Cakra Yudha MAN 1 Surakarta. Kegiatan yang dikemas dalam suasana santai ini menggandeng Mafindo ( Masyarakat Anti Fitnah Indonesia). Tampil sebagai pembicara adalah pegiat Mafindo Johan Wahyudi dan Erwina.
Menurut pembina Cakra Yudha Agus Nugroho, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada siswa terkait dampak buruk gadget.
"Gadget tidak bisa dinafikkan telah menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditawar-tawar. Namun bagaimana gadget tidak berubah menjadi bumerang bagi siswa, seperti fenomena hoax yang sedang marak, maka kami adakan kegiatan ini," kata Agus Nugroho.
Johan Wahyudi dalam presentasinya menyatakan tujuan kegiatan ini adalah
memberikan pengetahuan bahaya penyalahgunaan telepon pintar atau smartphone atau gadget bagi remaja, khususnya siswa MAN 1 Surakarta. Karena mereka memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, tetapi rendah pengetahuan bahaya smartphone. Karenanya perlu edukasi yang intensif agar siswa terhindar dari bahaya smartphone.
"Caranya adalah usahakan smartphone jangan hilang karena bisa disalahgunakan si penemu. Kemudian
tidak membiasakan meminjamkan hape ke orang lain karena bisa disalahgunakan," kata Johan yang juga alumni MAN 1 Surakarta. Jika hal-hal di atas tidak diperhatikan, lanjut Johan, konsekuensi ditanggung pemilik hape. Selain itu jangan suka mengumbar foto ke sosial media karena bisa diincar orang-orang jahat, khususnya para pelaku pedofilia dan perdagangan manusia.
Sementara itu dalam presentasi sesi kedua, Erwina mengingatkan segenap siswa untuk tidak mengisi hape dengan foto dan video asusila karena bisa merugikan pemiliknya jika dicuri orang lain.
"Ketika kita bersinggungan dengan dunia maya, kita tidak tahu siapa yang melihat postingan kita. Karena media sosial itu laksana dua sisi mata uang. Bisa berakibat positif maupun negatif. Semua tergantung dari kita masing-masing," kata Erwina yang pernah menjadi jurnalis Solopos.
Terkait fenomena hoax, lanjut Erwina, sebaiknya siswa mengurangi aktivitas di dunia maya agar terhindar dari keinginan menyebarkan informasi hoaks akibat latah. Karena kebanyakan yang terjerat UU ITE karena mereka hanya ikut-ikutan sharing informasi yang belum jelas kebenarannya.
Terkait dengan upaya edukasi mengurangi dampak negatif media bagi remaja, upaya yang telah dan sedang dilakukan Mafindo adalah aelalu bergerak melakukan sosialisasi antihoaks kepada masyarakat. Juga melibatkan masyarakat dari berbagai macam latar belakang pendidikan, profesi, agama, golongan, dan budaya.
"Kami selalu meningkatkan kemampuan literasi digital khususnya kepada relawan agar bisa membantu menciptakan kondisi yang kondusif. Tentu diharapkan siswa memiliki pengetahuan baru terkait bahaya penyalahgunaan gadget dan kesadaran untuk bijak berperilaku di dunia maya," kata Erwina yang diamini Johan Wahyudi. Harapan kami siswa memiliki daya rekam yang sangat kuat sehingga otaknya harus diisi dengan berbagai macam pengetahuan dan keterampilan yang positif sehingga terhindar dari pengaruh negatif gadget.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H