Lihat ke Halaman Asli

Rusdi El Umar

Guru di SMPN 1 Batang-Batang

Mataku Hilang

Diperbarui: 17 Februari 2016   20:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Yang kiri, ya, mataku yang kiri tiba-tiba hilang. Aku tidak tahu asal mulanya. Tiba-tiba saja mataku bolong. Benar, yang kiri. Yang kanan masih utuh. Aku heran, mengapa mataku bisa hilang.

Bolong, ya bolong. Karena mata kiriku sudah tidak ada. Sakit? Gak lah. Tapi aku tidak bisa melihat dengan mata kiriku. Hanya mata kanan yang masih bisa. Aduh, .. kemana mata kiriku?

"Mataku hilang," kataku pada istri di pagi itu.

"Jangan bercanda," jawab istriku tak acuh.

"Beneran hilang. Coba lihat nih!"

"Hahh,..." Istriku terkejut. Tidak percaya. Ada rasa takut di raut wajahnya.

Mataku hilang. Itu masalahnya. Tidak tahu hilangnya kemana. Juga tidak tahu apakah hilang dicuri, atau hilang dengan sendirinya. Rasa tidak sakit sebagai indikasi bahwa mataku hilang tidak dengan cara dicuri. Dicongkel.

Dicongkel? Membayangkan saja aku takut. Betapa sakitnya kalau mata dicongkel. Tentu akan meraung, berteriak, menerjang-nerjang, dan lain sebagainya. Bayangkan saja kalau mata Anda dicongkel. Bayangkan saja, jangan dicongkel beneran.

Meski mataku tinggal sebelah, aku masih tetap bekerja. Sebelah mataku masih bisa diajak kompromi. Aku masih mampu melakukan tugasku dengan tidak mengurangi kualitas kinerjaku. Aku juga masih bisa bersitatap dengan rekan kerja, dengan BOS tempatku bekerja. Aku juga masih bisa berkomunikasi dengan orang lain. Ya, hanya mata kiriku yang hilang, dan kini terlihat bolong.

"Menyeramkan,..." kata istriku sambil bergidik.

"Gimana lagi. Toh ini bukan maluku."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline