Lihat ke Halaman Asli

"Wawancara" dengan Nazaruddin

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13119264822044919818

Andi Mallarangeng disebut-sebut sebagai perancang utama, agar  Nazaruddin lari? Apa peran Marzuki Alie dan Anas Urbaningrum? Benarkah SBY juga mengusulkan agar Ibas ikut lari? Lalu untuk apa Sri Mulyani mulai ikutan lari? oleh Rusdi Mathari Lama tidak memberikan jawaban, untuk permintaan wawancara yang saya ajukan, Muhammad Nazaruddin, eks bendahara umum Partai Demokrat tiba-tiba mengontak saya dan memberitahukan bersedia diwawancara. Dia juga mengirimkan email, tempat dan jam untuk wawancara. Saya kemudian mendatanginya di sebuah tempat, di pinggiran Jakarta, pada suatu pagi. Saya melihat, dia tampak lebih langsing ketimbang sosok fotonya yang muncul di media. Berlangsung sekitar tiga jam, Nazaruddin menjelaskan semua kenapa dia lari termasuk soal pertarungan petinggi partai politik. Nazaruddin juga mengungkapkan ancaman Andi Mallarangeng ke dia. Inilah kutipan wawancara imajiner saya dengan Nazaruddin: Bung Nazar, kenapa Anda melarikan diri? Ceritanya panjang. Saya apes saja. Beginilah kalau punya postur bongsor seperti saya. Maksud Anda? Saya terpaksa [lari] karena disuruh oleh Pak SBY. Kalau bukan dia yang meminta, saya tidak akan pernah lari. [Lari] ini bagian dari program Demokrat. Pak SBY yang meminta Anda lari? Ya, kenapa? Anda heran?  Kata dia, tidak baik, kader Partai Demokrat bertubuh bongsor seperti dia. Nanti orang mengira, kader Demokrat doyan makan, dan tidak lincah bergerak. Tidak baik untuk pencitraan partai. Sebagai kader, saya menurut walaupun sebetulnya saya dongkol. Benar, SBY yang menyuruh Anda lari? Anda boleh tak percaya, dan benar atau tidak benar, itu tergantung dari sisi mana Anda menilai. Saya lari, karena ini bagian dari program partai. Saya tidak paham? Otak di balik semua ini, si Andi. Andi Mallarangeng menteri pemuda dan olahraga? Iya, siapa lagi. Kata dia, sebagai menteri pemuda dan olahraga, dia berkewajiban menggalakkan olahraga termasuk lari di kalangan masyarakat, dan kader Demokrat harus menjadi pelopor. Memberi contoh. Saya tahu persis, dia yang menyodorkan program ke Pak SBY, agar kader Demokrat memasyarakatkan olahraga lari. Judul proposalnya “Dengan melarikan kader, Demokrat siap memasyarakatkan lari.” Alasan Andi? Kata Andi, olahraga lari itu murah meriah. Tak pakai biaya. Ide dia didukung oleh si Marzuki Alie. Celakanya Andi kemudian menyodorkan nama saya sebagai obyek percontohan. Katanya, badan saya paling bongsor, dan usia saya juga paling muda. Cocok, katanya. Anda tidak bertanya ke Andi, kenapa memilih Anda? Sudah. Saya bilang, “Badan Pak SBY jauh lebih bongsor dari saya. Seharusnya Bang Andi juga menyodorkan nama Pak SBY. Kalau soal muda, umur Ibas malah lebih muda dibanding saya.” Jawaban Andi? Kata dia, Pak SBY sudah memutuskan, dan saya tidak bisa menolak. “Elu kan dengar sendiri Naz, Pak SBY setuju dan menunjuk elu. Jangan kecewakan dia dong,” kata Andi, begitu. Omongan Andi itu lebih dipercaya oleh Pak SBY ketimbang omongan saya. Padahal kan banyak kader Demokrat yang perutnya juga buncit atau badannya bongsor seperti saya. Jadi saya kesal benar sama si Andi, mengapa saya yang dipilih. Ibas mestinya kan juga dipilih, paling tidak untuk menemani saya lari. Atau dia [Andi] sendiri. Enggak enak Bung, jadi obyek percontohan. Anda tidak menolak atau protes ke SBY? Sudah Bung, tapi Pak SBY malah marah dan ngambek. Ceritanya bagaimana? Andi menyodorkan proposal olahraga lari itu di Cikeas. Kami semua kumpul. Ada Andi, Ibas, Marzuki Alie, Amir Syamsudin, Anas Urbaningrum dan lain-lain. Awalnya saya menyangka, kami dikumpulkan hanya untuk acara makan seperti yang sudah-sudah dilakukan Pak SBY dan benar sih, kami semua makan malam di Cikeas. Cuma pas selesai makan, Andi mulai bicara soal olahraga lari. Dia lalu menyodorkan proposal soal lari itu ke Pak SBY. Cukup lama Pak SBY membacanya, dan sesudahnya tersenyum. “Ini gagasan bagus. Good idea. Ini bisa jadi entry point bagi kita di Demokrat, untuk menunjukkan, show up kepada masyarakat, bahwa sport run is a good for our country.” Anda hafal betul kata-kata Pak SBY? Ya memang begitu. Pak SBY mengajarkan kami, untuk membiasakan berbicara dengan bahasa campuran, Indonesia-Inggris. Biar tampak pintar, dan menunjukkan, bahwa kader-kader Demokrat bisa berbahasa Inggris. Kembali ke soal lari, jadi Anda protes dan SBY ngambek? Pak SBY bahkan sempat gebrak meja Bung. Ini jangan ditulis ya… tapi sudahlah terserah Anda. Faktanya Pak SBY memang menggebrak meja kok. Semua yang hadir pada malam itu tahu. Kenapa SBY marah? Setelah membaca proposal itu, Pak SBY masuk ke ruang sebelah. Di situ ada Bu Ani. Saya mendengar, Pak SBY memuji proposal Andi. “Ini bagus Mam. Bisa untuk bahan kampanye Demokrat. Aku akan masukkan nama Ibas, untuk ikut juga lari ya?” Sampai di situ yang saya dengar. Sesudahnya saya tidak tahu. Lalu apa yang terjadi? Pada waktu Pak SBY menemui kami kembali, saya usulkan agar Ibas juga ikut lari seperti yang dia usulkan ke Bu Ani. Eh dia langsung marah. Menggebrak meja itu. “Sebagai kader Demokrat, Anda mestinya patuh kepada program dan keputusan partai. Lari ini sudah jadi program partai, dan Anda harus memulainya.”  Saya kira, Bu Ani marah dan tidak setuju Ibas ikut lari dengan saya. Mengapa Bu Ani melarang Pak SBY menyuruh Ibas lari? Anda ini bagaimana? Lihat dong badan Ibas, kerempeng kayak badan Anda. Kalau dia juga disuruh lari oleh bapaknya, bisa-bisa badannya makin ramping. Mungkin itu pertimbangan Bu Ani. Ibas memang tidak akan pernah ikut program lari. Dia dilindungi ibunya. Kalau Andi? Setelah itu saya mengusulkan nama Andi ke Pak SBY, tapi Pak SBY sudah keburu ngambek. Ya sudah, saya diam saja, meski dongkol banget. Tahu usulan saya ditolak oleh Pak SBY, Andi malah tersenyum. Dia mungkin merasa, usulannya top. Paling bagus. Setelah itu, Andi tidak bilang apa-apa ke Anda? Pulang dari Cikeas, saya masih protes ke dia. Saya bilang, kalau ingin mengusulkan program, kami dikasih tahu dulu, jangan mendadak. Apalagi kemudian, programnya menyangkut saya. “Kasih tahu lebih dulu dong Bang, jangan cari muka doang ke Pak SBY.” Jawaban Andi? Kata dia, kalau usulan saya yang mengajukan nama Andi dan Ibas untuk ikut lari diterima oleh Pak SBY, dia bilang, hubungan kami akan berakhir. “Elu, gue, end.” Kenapa dia bilang begitu? Dia hanya ikut kata-kata si Choel [Mallarangeng], adiknya. Choel kan penggemar OVJ. Apa reaksi Anas atau Marzuki Alie, saat itu? Kalau Marzuki sangat mendukung usulan Andi. Dia malah yang kemudian mengusulkan, agar pada saat saya lari, wartawan televisi juga diundang. Biar disiarkan. Kalau bisa live. Kata dia, itu bagus untuk pencitraan Demokrat. Kalau Anas, dia sebetulnya lebih banyak diam. Saya tahu, Anas sebetulnya ingin mengusulkan dirinya untuk menemani saya lari, tapi dia tidak berdaya karena Pak SBY sudah termakan oleh proposal si Andi. Anas, tidak berdaya? Bung, lari ini, sebetulnya olahraga favorit di Demokrat. Kalau petinggi atau kader partai lain, olahraganya golf, atau tennis, kami di Demokrat lari. Itu sebabnya, Andi mengajukan proposal dan program untuk memasyarakatkan olahraga lari. Demokrat itu punya kader-kader yang jago lari. Kami bahkan pernah mengadakan lomba lari antarkader. Hadiahnya kambing. Semua ikut, tapi yang menonjol hanya tiga orang. Ibas termasuk? Bukan dia, meski saya tahu, dia bernafsu jadi juara. Katanya, dia ingin punya kambing. Kalau tidak salah, Ibas juara keempat. Siapa saja tiga orang itu? Anas, Andi dan Marzuki tapi Anas yang juara. Ada taruhan enggak waktu itu? Kecil-kecilan. Iseng saja. Kami sepakat, yang menang taruhan, bisa traktir makan-makan atau memotong kambing yang jadi hadiah itu, untuk dimakan bersama. Anda juga taruhan? Saya ini, dekat dengan ketiganya. Saya bertaruh untuk ketiganya, tapi tiga orang itu tidak tahu, saya bertaruh untuk mereka. Tidak banyak kok jumlahnya. Kalau Pak SBY, menjagokan siapa? Pak SBY sebetulnya menjagokan Andi. Keduanya punya hubungan khusus. Dibanding Anas, Andi lebih dulu kenal Pak SBY. Dia sering menemani Pak SBY berolahraga ping pong di Cikeas. Jadi ada kedekatan tersendiri antara Pak SBY dan Andi. Cuma yang dikhawatirkan oleh Pak SBY adalah Anas, bukan Marzuki. Kenapa Anas dikhawatirkan? Postur tubuh Anas dan Andi itu, sama-sama ramping. Keduanya memang jago lari tapi Pak SBY juga tahu, Anas pernah juara lari beberapa kali, bahkan sejak dia masih di Blitar. Anas itu pelari jarak jauh. Napasnya kuat, dan tidak cepat panik kalau disalip. Andi kuat lari, tapi dia tidak punya pengalaman sebagai juara lari. Olahraganya ping pong, cukup santai dan tidak menguras stamina. Sebelum lomba dimulai, Pak SBY karena itu meminta Anas tak usah ikut tapi Anas berani menolak permintaan Pak SBY. Alasan Anas, dia sudah lama tidak lari dan peluangnya untuk kalah juga besar. Di situ, Pak SBY mulai tak suka ke Anas. Kalau Marzuki tidak dihitung oleh Pak SBY, karena dia pasti kalah. Kok sudah pasti kalau Marzuki kalah? Anda ini bagaimana? Marzuki itu jauh lebih tua dibanding Anas dan Andi. Dia masuk tiga besar, bukan karena dia mengungguli yang lain tapi karena kader yang lain, seperti saya, Adjie Massaid [almarhum] malas melanjutkan lomba. Marzuki beda. Dia seperti ingin membuktikan, meski tua, tapi masih punya semangat. Jadi dia berlari terus. Karena itu, Anas kemudian tidak berani bersuara waktu acara makan malam di Cikeas? Saya rasa, salah satunya karena itu. Jadi sekarang, lari menjadi program Demokrat dan Anda diminta jadi ikon? Seharusnya kan Andi sebagai menteri olahraga dan yang punya gagasan yang menjadi ikon. Atau Ibas seperti yang saya usulkan itu. Atau Anas yang juara lari, tapi [obyek program] ini saya. Saya terima saja dan setelah saya pikir-pikir, ada untungnya juga buat saya. Apa untungnya? Paling tidak, saya bisa mengurangi berat badan. Lemak di tubuh saya juga bisa habis terbakar. Anda bisa lihat sendiri dong, perut saya sudah agak tidak gendut. Gini-gini saya juga ingin tampil seperti pria L-Men yang tampil di tivi-tivi itu… hahaha…. [Nazaruddin membuka bajunya dan memperlihatkan perutnya. Saya melihat perutnya agak tidak buncit] Berapa kali, sekarang Anda lari? Saya berusaha konsisten, tiga kali seminggu. Dan saya terima usulan Marzuki, saya mengundang wartawan untuk meliput saya lari. Setelah itu, saya traktir mereka makan-makan. Saya minta maaf, mereka kan juga butuh makan Bung, sama dengan Anda. Di mana Anda lari? Tidak tentu. Kadang di Senayan, kadang di dekat-dekat rumah atau kantor saya. Saya pernah juga mencoba jogging track yang hampir selesai di Hambalang di Sentul itu. Pernah juga di stadion di Palembang, yang akan jadi ajang Sea Games itu. Berapa jauh, Anda biasanya berlari? Tergantung. Kadang sekilo, kadang satu putaran stadion saja. Itu sudah cukup berkeringat. Stamina Anda kuat juga? Bung, di kampung saya di Sumatra Utara, dulu saya ikut juga angkat-angkat kelapa sawit. Tanya tuh ke Sutan Bhatoegana. Dia tahu soal saya. Ada yang pernah menemani Anda lari? Awalnya hanya anak buah kantor, yang saya minta. Mindo Rosa Manulang itu salah satunya. Dia kemudian mengajak Wafid Muharram, Moh El Idris.  Hanya menemani saya saja. Penggembira. Mereka tidak suka lari. Mungkin karena tidak enak hati ke saya, mereja jadi mendukung saya lari. Kasihan saya. Dari Demokrat Andi pernah [menemani lari]. Dia mungkin tidak enak hati karena sudah menjadikan saya obyek dari program lari yang dibuatnya. Kalau Marzuki malah cukup sering, setelah dia tahu, badan saya tambah bugar setelah sering lari. Kata Marzuki, dia juga ingin segar. Ingin fresh. Benar loh Bung, lari itu membuat badan lebih segar. Otot-otot bisa lebih tertata. Pikiran bisa lebih tenang. Coba Anda sekali-sekali lari, biar kalau menulis berita bisa lebih fokus. Anas tidak pernah menemani Anda lari? Tidak pernah, tapi jangan salah, dia itu tetap rajin lari. Dia bersiap-siap ikut lomba lari. Sebentar lagi kan akan ada lomba lari para petinggi partai? Anda tidak tahu? Anas ingin mengibarkan bendera Demokrat di lomba lari itu. Saya sih hanya ikut berdoa, dia bisa jadi juara, tapi enggak tahu kalau Pak SBY. Dia kayaknya telanjur tidak suka ke Anas. Anas berlatih sama siapa? Saya dengar, Angelina Sondakh, Ruhut Sitompul setia menemani Anas. Ruhut tidak lari, dia hanya duduk, dan memberi semangat. Dia juga yang membawa minuman untuk Anas. Itu yang saya dengar. Kadang Benny K Harman juga ikut menemani. Anda tahu, siapa saja petinggi partai yang akan ikut lomba? Belum, tapi kalau Bang Ical [Aburizal Bakrie, Ketua Umum Partai Golkar] juga ikut, saya kira perlombaan akan seru. Bang Ical, hobinya olahraga. Badannya kelihatan biasa-biasa, tapi kekar. Stamina dia juga kuat. Dia rutin olahraga tennis. Beda dengan badan Pak SBY yang mulai terlihat loyo. Pak SBY juga banyak pikiran. Kalau Surya Paloh? Hahaha…dia akan ikut lomba lari? Kenapa Anda meremehkan dia? Bukan meremehkan, tapi lihat dong badan dia, bongsor kayak saya dan Pak SBY. Kalau Pak SBY mungkin masih mending, bekas tentara yang pernah berlatih fisik. Surya Paloh? Dia itu wartawan kayak Anda Bung. Kerjanya, maaf, cuma duduk dan hanya cuap-cuap. Maaf loh Bung, tapi faktanya begitu. Lagi pula, umur dia juga sudah tidak muda. Mau lari bagaimana? Kabarnya, Sri Mulyani, juga sering menemani Anda lari? Hahaha… kok tahu sih? Wah gawat wartawan yang satu ini. Begini Bung, saya juga baru tahu, Sri Mulyani itu jago lari. Dia hampir mirip dengan Anas, tahan lari jarak jauh. Langkah kakinya panjang-panjang dan stabil. Bedanya dengan Anas, perlengkapan lari Sri Mulyani jauh lebih lengkap dan mewah. Sepatunya saja, sepatu khusus lari, yang tidak dijual di Jakarta. Kausnya juga rancangan khusus yang memungkinkan gerak tubuhnya leluasa berlari. Saya dengar dia membeli kaus dan sepatu di Amerika. Walau pun bermerek, Anas hanya pakai sepatu biasa, yang dibeli di mal-mal di Jakarta. Apa Sri Mulyani juga akan ikut lomba lari petinggi partai? Saya mendengar begitu tapi dia kan bukan orang partai. Dia bisa lari, dan bisa ikut lomba lari di mana pun, tapi kalau untuk lomba petinggi partai, dia kan harus jadi orang partai. Paling tidak, harus ada partai yang mengajukan namanya. Demokrat tidak berminat mengajukan Sri Mulyani? Hahaha… saya no comment untuk itu. Ah, Anda ini tampaknya sudah tahu, tapi pura-pura tidak tahu. Saya tidak tahu, dan karena itu bertanya… Kalau [Anda tidak tahu] begitu, saya tidak akan ngomong. Biar Anda tahu dan lihat sendiri saja, nanti. Pokoknya seru. Sebentar Bung Nazar. Wawancara ini kok jadi enggak keruan begini? Loh Anda kan bertanya soal saya lari? Bukan olahraga lari maksud saya, tapi kenapa Anda melarikan diri setelah muncul kasus dugaan suap WismaAtletSea Games? Yeah, ngomong dong dari tadi. Ngaku wartawan, tapi bertanya saja tidak jelas. Payah Anda. Silakan klik RusdiGoblog. Foto/gambar: http://whintjie.blogspot.com/2011/07/nazaruddin-mengaku-lari-ke-ln-disuruh.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline