Kalau anda teroris, jangan coba-coba lewat didepan Untung Sangaji, Sebab sudah pasti anda akan ditembak mati.
Kalau anda pemain kata, jangan coba-coba bersilat lidah dengannya, sebab dia juga suka bermain kata.
Kalau anda tidak percaya, cobalah saja, maka anda akan mati rasa.
Tinggal pilih mau jadi teroris atau pemain kata?
Siapa sih yang tidak kenal dengan sosok AKBP Ir. Ahmat Untung Sangaji? Yang melakukan aksi heroik bersama dua temannya sukses melumpuhkan 2 dari 5 pelaku teror bom Jakarta di Sarinah Jalan MH Thamrin, pada Kamis 14 Januari 2016. Saya yakin bahwa pembaca pasti sudah kenal, jadi saya tak perlu mengulas ulang kisahnya.
Polisi satu ini, disebut-sebut berprestasi dalam menangani kasus teror, dia juga punya keahlian seperti Bela Diri, mahir menembak dan peyusupan, sabotase dan handak, Instruktur Selam Polri, SAR Laut, serta Instruktur Adventure. Uniknya selain miliki jiwa kesatria, Untung Sangaji juga punya keahlian seni rupa, seni lukis dan membuat puisi.
Bahkan saat remaja Untung Sangaji sudah berkencang dengan seni, menikmati, membuat karya dan mengajarkan pada orang lain, beberapa hasil karya lukisannya sudah terjual. Konong katanya, ditahun 80-an sebelum menjadi Polisi Untung Sangaji sering mengirim karya puisinya ke salah satu Radio (Albadros) yang ada di Kota Ambon untuk dibacakan sang penyiar.
Itulah mengapa saya beri judul diatas, sebab peluru yang biasa dia bawah saat bertugas tentunya sangatlah terbatas untuk digunakan, tapi dia punya peluru yang lain juga bisa menembus udara, bahkan dunia. Peluru yang saya maksudkan itu adalah hasil karya seni yang sudah lama dilakoninya.
Teroris Mempertemukan Polisi dan Penyair
Gara-gara teroris akhirnya Polisi dan Penyair bersua, pertemuan itu terjadi setelah kejadian kasus teror di Sarinah-Jakarta. Para Penyair Nusantara dibawah koordinator Sosiawan Leak bersepakat untuk membuat suatu karya puisi penyair nusantara melawan terorisme, dari hasil seleksi puisi-puisi tersebut ada 250 penyair dari berbagai daerah yang puisinya disatukan dalam Buku Antologi Puisi Memo Anti Terorisme. Sehingga pada tanggal 27 Mei 2016 lalu, mereka telah melakukan Lounching perdana dengan mengundang beberapa tokoh dari kepolisian salah satunya adalah AKBP Ir. A. Untung Sangaji.
Polisi dan Penyair Indonesia : Bersatu Melawan Terorisme
Ini suatu kebetulan, Untung Sangaji anti teror itu diundang penyair untuk menghadiri acara Peluncuran Buku Antologi Puisi Memo Anti Terorisme, lantas apa yang terjadi? Dia tidak hanya datang sekedar memenuhi undangan, tapi juga berkolaborasi dalam kata-kata. Pria berdarah Maluku ini ternyata datang dengan selembar kertas putih yang sudah ditulis beberapa bait puisi dengan menggunakan tulisan tangan sendiri. Sepertinya puisi itu baru dibikin sebelum menuju Gedung Sarinah lokasi diselenggarakannya acara peluncuran buku, hal ini dapat dilihat dari tanggal pembuatan puisi bertepatan dengan tanggal peluncuran yakni 27 Mei 2016.
Untung Sangaji yang sudah terbiasa menulis puisi sejak remaja pastilah senang dengan kegiatan tersebut, sebab dia adalah penikmat dan pembuat puisi, meskipun saat ini sudah berprofesi sebagai seorang Perwira Menengah (PAMEN ) PUSDIK POLAIR LEMDIKPOL, tapi itu bukan menjadi batasan untuknya kembali bersastra. Dia hadir dengan puisi lalu dibacakannya sendiri, Puisi yang berjudul “Kami Tidak Takut” itu benar Peluru yang bisa menembus hati bahkan jantung para penjahat dan pengkhianat di negeri ini.
Dan seperti inilah puisi Untung Sangaji yang ditulis pada kertas putih itu: