Masyarakat Indonesia patut bangga dengan pencapaian yang diraih oleh satgas pengamanan perbatasan Entikong pada Minggu, 27 Agustus 2017 lalu. Bagaimana tidak, sudah bisa kita lihat di banyak media bagaimana mereka berhasil menggagalkan penyelundupan metaamphetamine (Shabu) seberat 10,4 kg yang diselundupkan melalui jalan tikus di perbatasan Indonesia-Malaysia wilayah Entikong setelah berkoordinasi dengan tim bea cukai
Namun dibalik gemerlapnya lampu pemberitaan media massa, ada fakta tersembunyi yang coba "dijauhkan " dari mata masyarakat.
Seperti Kita ketahui kejahatan peredaran dan penyelundupan Narkoba merupakan sebuah jaringan kriminal besar dan kuat bergenre mafia yang tidak hanya menyangkut satu atau dua pelaku saja
Dimana proses penangkapan seharusnya tidak berhenti di pelaku kurir atau pembawa saja. Ada proses selanjutnya terkait pengembangan jaringan mengenai pelaku-pelaku lainnya yang jauh lebih besar
Tapi disini kita semua jadi bertanya-tanya. Mengapa Satgas Pamtas segera memberitakan hasil penangkapan mereka ke media dan bukan berkoordinasi dengan instansi terkait yaitu BNN atau Polri, lalu bersabar dalam pemberitaan untuk menjerat semua pelaku terkait yang pastinya lebih besar?
Bahwa Mereka ingin segera mempublikasikan prestasi mereka ke masyarakat sesegera mungkin dan tidak ada keinginan lebih lanjut terkait perkara tersebut, sehingga membantu otak dan pelaku besar di jaringan ini untuk lebih waspada
Atau dengan kata lain secara tidak langsung memutus alur pengembangan perkara yang akan dilakukan oleh instansi-instansi terkait lainnya.
Ada apa satgas pamtas?
Sekarang kita coba melihat lagi pernyataan diatas, ada hal menarik yang mau Penulis angkat yaitu prestasi
Apa memang benar ini semua murni hasil kerja keras satgas pamtas? Dari info awal, pendalaman pelaku dan proses, pengintaian, penangkapan, pemeriksaan hingga serah terima?
Hasil penelusuran informasi yang penulis himpun dari berbagai pihak membuka fakta-fakta baru yang menarik