Lihat ke Halaman Asli

RuRy

Lahir di Demak Jawa Tengah

Lebaran Tahun Ini Kami Hanya Tinggal Berdua

Diperbarui: 23 April 2023   15:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi lebaran (Sumber: Shutterstock)

Kenangan kebersamaan bersama keluarga saat lebaran takkan pernah terlupakan. Hari-hari dan waktu yang telah terlewati saat masih anak-anak hingga dewasa selalu membekas di hati.

Hari Raya Idulfitri selalu dinanti sebagai muara rindu berkumpulnya anggota keluarga setelah sekian waktu tak bertemu. Kerinduan itu seperti terasa sesak didada mendesak mengharap sua.

Kebersamaan di hari raya selalu dirayakan dengan berkumpul dan makan bersama keluarga besar dikampung halaman. Hangatnya makanan, sehangat kebersamaan keluarga menjadikan momen lebaran semakin indah dan sulit terlupakan.

Sejak tahun 2006 silam, saya tidak pernah merasakan lebaran berkumpul bersama orangtua. Dari empat bersaudara kami tinggal terpisah beda daerah, dan satu-satunya momen kebersamaan hanya terjadi pada saat lebaran.

Ilustrasi. (Foto: Getty Images/iStockphoto/leolintang)

Beberapa aroma, terkadang bisa bertindak sebagai mesin waktu. Menarik kembali ke waktu yang sudah lalu, di mana ingatan langsung muncul ketika indera penciuman menangkap aroma khas masakan sang ibu saat itu.

Dapur jadul / Credit: Wikipedia via Wikipedia

Masakan ibu saat lebaran begitu memorable, meski dimasak dengan tungku dari batu-bata dan kayu bakar, namun sudah bertahun-tahun berlalu, aromanya selalu membangkitkan rindu serta kenangan pada rumah tempat saya lahir dan dibesarkan.

Hari Lebaran identik dengan masa kecil, kesederhaan, dan kehangatan keluarga. Dari itu, kampung halaman selalu terasa spesial. 

Sepeninggal kedua orangtua dan kakak yang pertama, saya selalu berkunjung ke saudara laki-laki nomor dua yang tinggal di Semarang ketika lebaran, kebetulan dia menetap dan didapuk menjadi imam di salah satu masjid di daerah Gayamsari. 

Hari Raya tahun ini bagi saya terasa amat pilu. Satu persatu, orangtua dan kakak telah berpulang menghadap Yang Maha Kuasa. Entah mengapa sebagai anak bungsu terkadang saya merasa cengeng terhanyut kesedihan kehilangan sosok-sosok yang selalu memberi perhatian juga nasehat dari sejak anak-anak hingga dewasa. Terlebih, di saat Hari Kemenangan tiba dengan diiringi suara takbir berkumandang linangan airmata ini menetes tak terelakkan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline