Lihat ke Halaman Asli

KAVA

a reader

Dongeng | Kavaleri Hujan

Diperbarui: 21 Januari 2018   22:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi | Pixabay

Kava melihat punggung teman-temannya menjauh. Semua berlarian ke ujung awan dan berlomba saling adu kecepatan. Kava hanya diam. Kakinya gemetar. Beberapa teman berusaha meraih tangannya. Namun, reaksi Kava tetap sama. Ia tak bergerak. Kakinya terasa berat untuk diangkat. Berulang kali ia menarik napas panjang dan diembuskannya ke langit. Namun, tidak ada yang berubah. Ratusan punggung telah mengucap selamat tinggal padanya; ratusan kali ia menangkap keraguan.

"Ayo! Kamu tidak turun?" Tanya seorang teman padanya.

"Saya takut," jawab Kava sembari mundur beberapa langkah.

Pada hari itu, Iris yang bertugas memastikan semua pasukan turun ke Bumi.  Mereka disebut Kavaleri, pasukan khusus yang dididik untuk  menjadi penyampai pesan dari langit. Para Kavaleri bersembunyi  di balik awan saat mendung mulai datang. Pada saat mendung tak lagi sanggup dibendung, maka jutaan pesan akan berjatuhan dari langit, disampaikan Kavaleri untuk para penikmat Bumi. 

Rasa syukur, sedih atas kehilangan, bahagia atas keberhasilan, sikap merelakan, semua reaksi manusia lahir karena Kavaleri. Kavaleri akan mengubah hidup setiap orang ketika hujan. Seminggu yang lalu, Yanto si penggembala domba sedang bersedih karena memikirkan dombanya yang tak kunjung gemuk. Salah satu Kavaleri membawa peruntungan baik bagi Yanto. Pesan khusus yang diterima Yanto adalah kebahagiaan dan rasa syukur. Bersamaan pesan yang dirasakan langsung oleh Yanto, Kavaleri lain bertugas menyuburkan rumput dan ilalang, mengundang embun untuk datang, dan mengajak domba Yanto untuk menikmati makan siang. 

Di hari yang sama pada waktu dan tempat yang berbeda, Kavaleri membawa pesan kesedihan pada seorang anak SMA yang terciduk operasi zebra oleh polisi. Usianya yang membuat ia belum berhak mengendarai kendaraan bermotor, pada pagi itu, karena salah satu Kavaleri, ia harus mengikuti "sidang tilang" di pengadilan negeri di kotanya. 

Di antara ratusan juta kavaleri yang berlari, ada satu Kavaleri bernama Kava. Kava menjadi pasukan ke seratus yang hari ini membawa kesedihan. Pada rintik pertama saat hujan, Kavaleri akan menemukan tempat di mana mereka harus pulang menyampaikan pesan. Manusia, pohon, hewan, batu, dan segala hal yang kejatuhan rintik hujan pertama, sebuah peruntungan akan mengubah mereka. Dua peruntungan yang tersisa hanyalah baik atau kurang baik. Saat mendapat peruntungan baik, orang-orang akan dilimpahi kebahagiaan dan tertawa kegirangan. Sebaliknya, bila peruntungan yang didapat kurang baik, maka yang terjadi adalah kesedihan, hanum sehanum-hanumnya. 

dokumentasi pribadi

Kematian bagi sebagian orang menjadi peruntungan kurang baik. Namun, mereka kadang tak mengerti bahwa peruntungan itu merupakan peruntungan yang baik bagi seseorang yang telah lama menanggung beban kesakitan dan menantikan kematian. Sebuah peruntungan berkejaran dengan waktu. Dalam musim kemarau, banyak orang yang harus berjuang mengejar impian dan peruntungan mereka akan datang ketika hujan. 

Kava datang dari embun di ujung daun yang menguap ke langit. Ia tumbuh seorang diri bersama para dewa. Lingkungan tumbuh yang sangat damai membuatnya tidak bisa berbuat semaunya sendiri. Ia tumbuh dengan baik, tak bisa berbuat buruk atau berkata kasar, karena ia dididik untuk menjadi Kavaleri Hujan; sang penyampai pesan.

Selama ini, Kava mendapat peruntungan baik. Seperti teman yang lain, ia berlari sangat kencang ke ujung awan untuk turun ke bumi dan menyampaikan pesan. Ratusan orang berbahagia kejatuhan pesan yang Kava bawa. Seorang murid SMA yang berhasil lolos ujian masuk perguruan tinggi, seorang PNS yang berhasil naik gaji, kuncup kamboja yang akhirnya berbunga, sebuah keluarga yang kedatangan cucunya, dan banyak yang lain lagi. Namun, pernah sekali ia membawa peruntungan kurang baik. Pesan yang ia bawa adalah pesan kegagalan seorang anak SMA yang berjuang mati-matian untuk masuk pendidikan kedokteran. 

Hari itu adalah hari Senin, sebuah hari di mana pengumuman ujian menjadi topik hangat untuk dibicarakan. Musim hujan dua tahun lalu. Seorang gadis keluar dari toko buku untuk menunggu waktu. Pengumuman ujian akan keluar setelah jam dua. Butuh dua jam untuk mengetahui hasilnya. Langit Yogyakarta mendung, siang itu. Seorang gadis yang keluar dari toko buku, mengambil sepeda motor dan membawanya turut serta. Ia berpindah ke sebuah kafe modern yang kental dengan nuansa klasik. Bukan untuk bertemu seseorang, namun mengakses WiFi gratisan. Kali pertama dalam hidupnya mengetahui hasil ujian, pun dengan Kava; kali pertama baginya menyampaikan pesan dengan peruntungan kurang baik. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline