Pijar gulana mewarna semesta
dalam epik kehidupan para pendosa
mencari muka demi keberlangsungan nafas
semata
Ironi melilit setiap butiran janji
yang diobral habis bersama sejilat manis
tak ada rasa bersalah walau terikat sumpah
lihatlah
tak ada satu laku pun yang ditiru
hanya menunggu keberuntungan yang datang
tak tentu