Lihat ke Halaman Asli

Ruri Andayani

Hanya seorang penyintas kehidupan

Ketika Aneka Binatang Muncul di Kawasan Perumahan Ramai

Diperbarui: 27 Februari 2018   02:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Dokumentasi Pribadi

Lima tahun terakhir ini fenomena alam terasa agak beda bukan? Hujan masih sering turun di musim kemarau, bahkan seringkali disertai hujan es, sehingga muncul istilah "kemarau basah". 

Serangga penanda kemarau yang disebut turaes oleh orang Sunda (Indonesianya apa ya? Tongeret?) seperti kebingungan: bulan masih Desember, sudah ada yang keluar dari cangkangnya dan mulai berkonser. Di sisi lain, binatang-binatang indikator perbaikan lingkungan, bermunculan.

Belakangan ini, angin kencang juga hampir setiap hari terjadi. Sejak siklon Dahlia mendarat pada Desember 2017, hingga kini, Februari 2018, sudah dua kali rumah saya dibikin kocar-kacir. Atap seng dihempas sampai terbang. Plastik penutup pintu gerbang pecah berantakan.

Suhu pun terasa ekstrem: bisa sangat dingin jika turun hujan seharian, tapi 1-2 hari tak hujan saja udara mendadak dangdut: geraah minta ampun bahkan di malam hari. Padahal ini bicara Bandung yang relatif sejuk.

Seingat saya, awal 2000-an saja cuaca gak gini-gini amat deh. Ini bikin saya percaya bahwa memasuki dekade kedua abad milenium ini, efek pemanasan global mulai berdampak. Meskipun kalau baca berita, para pakar meteorologi dan geofisika menyebutkan hal ini masih normal.

Misalnya, ihwal hujan es, ada pakar yang menyebutkan bahwa meskipun menjadi lebih sering terjadi, tapi masih belum terkait dengan pemanasan global. Tapi ada pula  yang mengatakan "ya".

Sedangkan panen siklon tropis yang terjadi akhir tahun 2017 kemarin, yang antara lain sempat membuat Jawa Tengah bagai kapal karam, disebut-sebut memang terkait efek pemanasan global.

Logikanya, pemasan global membuat tekanan udara di daratan atau di permukaan laut menjadi lebih rendah dengan pola memutar, karenanya angin menyerbu masuk dan menyebabkan badai. Demikian deskripsinya kalau tak salah simak.

Akan tetapi di tengah haru-biru cuaca, ada fenomena yang agak menyenangkan hati, yang justru seolah menandakan sedang terjadi perbaikan kondisi lingkungan. Apakah itu? Yakni bermunculannya binatang-binatang di lingkungan perumahan di tengah kota, termasuk kehadiran serangga-serangga yang menjadi indikator perbaikan lingkungan.

Serangga yang dimaksud bukan macam kecoak, karena kecoak malah dianggap serangga paling tahan banting terhadap polusi dan perubahan iklim, sehingga juga dianggap binatang yang paling mungkin berkembang biak di planet lain. Tak heran jika film-film Hollywood tentang serbuan alien ke Bumi sering mengecoakhitamkan kecoak.

Sedikitnya, ada enam binatang yang dalam 5-10 tahun ini yang kerap muncul di lingkungan rumah saya di Bandung, yang berada di kawasan cukup padat lalu lintas dan karenanya cukup polutif. Seingat saya, binatang-binantang ini mudah ditemukan ketika saya masih kanak-kanak, namun menghilang cukup lama hingga saya sudah "sesenior" ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline