Lihat ke Halaman Asli

Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)

TERVERIFIKASI

Guru SD, Penulis buku

Tersanjung dengan Rasa Teh yang Nikmat, Ini Tehku, Mana Tehmu?

Diperbarui: 9 Desember 2024   21:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gorengan dan pisang rebus sangat cocok menemani teh selagi hangat. Dokumen pribadi

Setiap tiga puluh lima hari atau selapan(jw) di masjid Nurul Huda, masjid yang berada di sebelah tempat tinggal saya ada kajian rutin. Namanya pengajian  Ahad Pahing pagi, yaitu setiap   Hari Ahad pasaran Pahing. Waktunya pagi hari. Pengajian ini diadakan oleh para tokoh NU di Kecamatan setempat. Saya termasuk  panitia bagian konsumsi. Sehingga    saya dan konco wingking bagian dapur selalu menyediakan sarapan untuk panitia dan penceramahnya.

Kegiatan ini sudah berlangsung lebih dari sepuluh tahun. Seingat saya  sejak tahun 2010. Pengajian dimulai pukul 06.00 WIB hingga pukul 07.00 WIB. pengajian ini sifatnya umum, sehingga yang hadir pun beragam, mulai pedagang di pasar, pegawai, petani, buruh tani, guru dan semua lapisan masyarakat.

Sebagai panitia konsumsi saya rutin menyiapkan sarapan.  Tak lupa gorengan dan jaminan sekadarnya untuk menemani kopi dan teh. Walaupun sifatnya sarapan pagi namun bagian konsumsi menyiapkan kurang lebih untuk 40 orang, biasanya panitia, pengurus, dan tamu undangan ikut sarapan membersamai penceramah.

Sebagai seksi konsumsi saya bergerak cepat. Dibantu dua orang pramusaji,  kami masak mulai pukul 03.00 dini hari dan selesai tepat pukul 05.30. Makanan sudah siap disajikan. Biasanya dibuat prasmanan dengan bermacam-macam lauk dan sayuran.  

Tak ketinggalan kami menyediakan teh  hangat dan jaminan seperti singkong goreng, pisang rebus dan aneka makanan ringan lainnya. Biasanya penceramah beristirahat dulu sebelum menuju  ke mimbar.

Saat itulah kami menyiapkan teh dan wedang jahe. Selama ini saya menggunakan teh  dengan berbagai merk mulai teh poci, teh naga, teh sariwangi, teh bandul, teh dandang dan masih banyak lagi yang sudah saya coba.

Varian rasa teh yang sudah dimodifikasi dengan kreativitas penjual. Gambar dari : IStock

Bagi saya rasa khas teh semuanya sama, yang membedakan adalah aromanya.

Nah dari sekian teh yang sudah puluhan tahun saya buat saya terkesan dengan rasa teh yang saya dapatkan dari teman.

Namanya teh Candi Wayang. Berbentuk sasetan. Tehnya di rajang kecil-kecil bukan bubuk-an. Rasanya mak Nyus, aromanya khas seperti ada susunya, ini  lain dari yang lain. Bahkan saat kami  suguhkan pada Pak Kyai, beliau terkesan dan menyampaikan katanya rasa tehnya enak. Bahkan Beliau menyampaikan nikmat rasa teh di depan jamaah. Kami tersanjung dengan ungkapan Pak Kyai jika teh yang disuguhkan rasanya berbeda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline