Tetanggaku mengatakan, "Kalau belum menggosongkan wajan, rasanya belum menjadi Mak-Mak", ini salah satu pembelaan Mak-Mak milineal yang suka lupa saat memanasi masakannya.
Entah berapa kali kejadian itu saya alami, mungkin lebih tiga kali saya mengalami wajan gosong, ompreng melengkung, sublub pesok. Berawal dari rutinitas emak-emak yang akrab dengan dapur. Kejadian kilas baliknya sebagai Berikut.
Pertama, saat memanasi sayur lodeh. Kompor dinyalakan 'ceklek'. Beberapa saat kemudian ada tamu. Otomatis langsung saya tinggal dan menemani tamu di ruang depan.
Beberapa saat kemudian, tamu bilang, ", Bu kok ada bau barang yang terbakar ya", ucapnya di sela-sela jagongan.
"Mungkin tetangga belakang rumah Bu, lagi bakar-bakar", ucapku mengabaikan
Setelah itu perbincangan diteruskan, begitu sayik dan santainya saya menjagongi tamu. Sesaat kemudian tamu bilang lagi. "Bu, kok ada asap dari belakang ya",
"Wah mungkin tetangga lagi bediang Bu", bediang itu membakar damen untuk penghangat sapi, fungsinya untuk menghilangkan nyamuk.
Dua kali tamu tadi mengingatkan, namun saya tetap lupa kalau saya tadi sedang memanasi sayur.
Bahkan, saat suami tidur di kamar, dia terbangun karena mencium bau yang menusuk seperti barang terbakar.
Sontak setelah bangun dan menuju dapur ternyata, sayur tewel dan balungan sapi sudah menjadi abu, dan omprengnya sampai melengkung.