Setelah anak sulung menghuni rumah kontrakan, saya kepingin bermalam di sana. Hari itu malam Minggu ingin rasanya ada suasana baru, untuk menghilangkan penat sejenak.
"Mbak aku pengin nginep di rumahmu", kataku pada anak sulung saat menghuni rumah kontrakan yang baru.
Sabtu sore aku berangkat bersama, menuju rumah kontrakan yang berada di wilayah Bojonegoro. Malam itu sengaja saya healing, ingin menikmati suasana malam di Kota Bojonegoro yang terkenal dengan kota ledre tersebut.
Malam itu saya memilih tempat di kawasan mariogoro, yang mirip dengan malioboro. Mungkin pelaksana tata kota terinspirasi seperti malioboro di kota Jogja. Saya sendiri juga pernah di kota kelahiran yaitu Ponorogo. Di sana menyebutnya Malioboro KW karena berada di Ponorogo.
Kawasan malioboro KW juga mirip malioboro di Jogjakarta, sepanjang jalan banyak pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya, mulai dari aneka panganan hingga kebutuhan primer lainnya.
Demikian juga saat singgah di Maliogoro yang berada di Kabupaten Bojonegoro, suasana juga tak jauh beda, sepanjang jalan dipenuhi penjual kaki lima yang menjajakan aneka cemilan, panganan yang bisa menemani suasana malam. Dengan santai duduk di pinggir jalan yang telah disiapkan, pemilik lapak atau tempat mangkal.
Kerlap-kerlip lampu hias serta pangkalan abang dokar, aneka jajanan menghiasai di sepanjang jalan menambah suasana malam itu semakin semarak, banyak orang yang berdatangan mengajak keluarga tercinta, untuk melepaskan penat dan menambah suasana baru.
Bagi yang ingin menikmati suasana malam di kawasan kota bisa menyewa dokar atau bendi yang siap mengantarkan berkeliling jantung kota Bojonegoro. Bendi yang ditarik kuda tersebut selalu ramai karena banyak pengunjung yang berminat menggunakan jasanya.
Tepat pukul 21.00 saya pun beranjak pulang. "Ma, hemat tenaga besuk pagi kita jalan-jalan menikmati suasana pagi. Ada car free day setiap minggu pagi", ucap anakku memberitahuku untuk rencana esok pagi.